Mangupura,DenPost
Fenomena unik cincin matahari atau dikenal dengan halo matahari terjadi, Selasa siang (10/3). Fenomena tersebut juga sempat terjadi pada tahun 2019 dibulan februari di Kabupate Banyumas dan pada Bulan Oktober di Propinsi Jawa Tengah. Namun, pihak Balai Besar BMKG Wilayah III Denpasar menyatakan fenomena ini tidak membahayakan bagi manusia bahkan kulit.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar BMKG Wilayah III Denpasar, Iman Faturahman yang dihubungi kemarin menerangkan, telah terjadi fenomena halo matahari. “Itu adalah fenomena optis karena adanya pembiasan atau perpendaran sinar mahatari oleh awan cirrus (awan tinggi) yang mengandung sedikit uap air dan butiran debu es,” jelas Iman.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Halo merupakan fenomena biasa yang merupakan fenomena optis yang keluar lingkaran cahaya baik di sekitar matahari maupun bulan. Cahaya matahari direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es yang berbentuk batang atau prisma sehingga sinar matahari menjadi terpecah ke dalam beberapa warna karena efek dispersi udara dan dipantulkan ke arah tertentu, sama seperti pada pelangi. “Ini adalah hal yang biasa dan normal,” terangnya.
Disinggung apa ada efek terhadap alam, Iman mengakui halo matahari ini tidak ada efeknya dan tidak menandakan akan terjadi fenomena lain. “Ya, tidak ada efeknya dan tidak ada pertanda apa pun,” ungkapnya.
Sementara durasi waktunya juga tergantung dari keberadaan adanya butiran es di atmosfer. Fenomena ini juga bisa terjadi tergantung kondisi cuaca. “Namun umumnya terjadi saat cuaca cerah,” bebernya.
Pantauan dilapangan, halo matahari terjadi dari jam 11.30 wita . Durasinya berlangsung cukup lama, sebab sampai pukul 14.00 wita, masih menunjukkan lingkaran cahaya di sekitar matahari.(115)