Negara, DenPost
Para petani di sejumlah subak di Jembrana belakangan ini merasa resah. Padi mereka yang siap panen hingga saat ini belum ada pembeli yang melirik. Sejumlah petani di Subak Brawantangi, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Rabu (8/4) mengaku biasanya tiga minggu sebelum panen, padi mereka sudah ada yang membeli atau dipanjar. Namun kali ini seminggu lebih dari waktu panen belum juga ada yang melihat.
“Tidak ada pembeli atau saudagar yang melihat dan datang ke sawah. Hampir semua masih sepi,” kata beberapa petani. Hal ini dikhawatirkan panen akan lambat dan mengakibatkan gagal panen ataupun mereka merugi. “Kalau panen sendiri biayanya mahal. Biaya operasional tidak cukup,” kata Wayan Her, salah seorang petani.
Aji Subangli, petani lainnya juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya belum ada pembeli yang datang. “Kalau padi saya memang pasti rugi karena 98 persen rusak dan merah total karena salah obat. Mungkin hanya 2 persen yang bisa dipanen. Tanah saya hanya 18 are,” jelasnya. Untuk panen sendiri katanya memang kendala alat, juga tenaga serta gudang untuk menaruh padi.
Sementara itu panen di Subak Awen belum lama ini dilakukan dengan mesin. Gabah dijual kiloan dan tidak pakai jasa penebas gabah agar lebih fair. “Bahkan timbangan juga apakai digital,” kata salah seorang petani.
Disisi lain Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana I Wayan Sutama dikonfirmasi mengatakan pihaknya sedang mengadakan rapat dengan penyuluh dalam upaya pemetaan subak-subak yang panen serta solusi antisipasi untuk panennya dengan memanfaatkan Alsintan (Combine Harvester, Tresher) dan memasfaatkan tenaga lokal.
Petani juga harus ikut panen sendiri dan juga nanti akan dikoordinasikan dengan KUD terdekat terkait pemanfaatan dana talangan. (120)