Legian, DenPost
Salah seorang warga Legian yang bergelut di usaha surfing, Wayan “Rocky” Sumber sangat merasakan dampak wabah Covid-10 yang melanda saat ini. Sesuai imbauan pemerintah terkait penutupan pantai, secara otomatis kegiatan penyewaan peralatan selancar maupun sekolah selancar yang dilakukan terhenti.
Ditemui di Legian, Rabu (13/5) pria yang akrab disapa Rocky ini mengaku bersyukur karena masih ada rumah kos-kosan yang dikelolanya sehingga bisa menghidupi keluarganya.
Selaku direktur salah satu Surf School di Legian, Rocky mengaku kehidupan pantai sudah dilakoninya sejak kecil. Demikian juga rintisan usaha yang digeluti juga dari bawah.
Ia bercerita, awal tahun 1978 suka bermain di pantai, akhirnya mencoba menggeluti aktivitas berjualan postcard ke wisatawan yang ketika itu belumlah terlalu banyak. Karena saat itu pariwisata belum berkembang. Sembari berjualan dia juga tertarik melihat kegiatan surfing yang dilakukan para wisatawan di pantai tersebut. Karena belum punya papan selancar, dia pun memberanikan diri meminjam dari salah seorang wisatawan yang berselancar saat itu.
Sejak itu akhirnya dia menekuni olahraga surfing, bahkan ikut di beberapa kejuaraan. Selain itu dia juga pernah diundang menjadi juri kejuaaran selancar di Australia. Seorang temannya, wisatawan yang awalnya menjadi penyelamat Pantai di Australia, akhirnya mengajaknya membuka usaha selancar menggunakan salah satu brand ternama. Semenjak itulah dia menggeluti kegiatan usaha surfing, termasuk sekolah surfing. “Tahun 2008 saya sempat diundang menjadi juri dari katagiri yunior sampai dunia,” ujar Rocky mengenang pengalamannya saat menjadi juri di New Castle, Australia.
Sesuai imbauan pemerintah saat ini di pantai tidak boleh ada kegiatan, maka kegiatan surfing yang dilakoninya ditutup sementara. Dia mengakui kondisi ini sangat berdampak terhadap penghasilannya, namun dia menegaskan senantiasa tunduk pada aturan pemerintah dan berharap wabah Covid-19 ini segera berlalu.
Rocky yang kini ngayah sebagai prajuru desa di bidang seni dan budaya, kini kebanyakan menghabiskan waktunya untuk ngayah di Pura.
Untuk menghidupi keluarganya, dia mengaku bersyukur karena masih ada kos kosan yang bisa dikelola.”Syukur penghuninya masih ada, sehingga bisa untuk menghidupi keluarga,” ungkap pria ramah ini. Ia tetap menunggu arahan pemerintah kalau pantai sudah dibuka baru akan beraktivitas kembali dalam kegiatan surfing yang menjadi hobinya sejak kecil. (113)