Kutsel, DenPost
Prajuru tiga desa adat se-Kelurahan Benoa, yakni Kampial, Bualu dan Peminge mendatangi Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali. Mereka mempertanyakan terkait sejumlah warganya yang mendaftar di sekolah yang dulunya bernama STP Bali ini, tidak lolos dan diterima di sekolah tersebut.
Hadir pula dalam aksi ini, Anggota DPRD Badung asal Kutsel, Wayan Luwir Wiana; Lurah Benoa, Wayan Karang Subawa, serta Ketua LPM Benoa, Wayan Ambara Putra.
Kehadiran para tokoh masyarakat ini, diterima Direktur Poltekpar, IB Putu Puja, bersama jajarannya. Pertemuan yang diawali dari pemaparan Direktur Poltekpar tentang mekanisme penerimaan mahasiswa di sekolah ini berlangsung alot. Ditengah pemaparan tentang mekanisme perekrutan yang mengacu pada ketentuan pusat.
Bendesa Adat Peminge, Jro Mangku Made Warsa, meminta tidak berlama-lama dan meminta kepastian apakah warganya akan diterima atau tidak. Bahkan sempat terjadi situasi memanas yang diwarnai walk out oleh Jro Mangku Made Warsa yang hadir, didampingi Ketua Sabha Desa I Ketut Suartika; Ketua Baga Palemahan I Wayan Muntra, dan Ketua Baga Pawongan I Wayan Luwir Wiana, serta prajuru dan pecalang.
Senada dengan yang disampaikan sebelumnya oleh Bendesa Adat Bualu dan Kampial, Warsa mendesak supaya ada kejelasan tentang warganya apakah bisa diterima di sekolah tersebut. Sebab, sebagai desa penyangga sesuai sejarah keberadaan warga pendamping seharusnya diprioritaskan. Karena belum mendapat jawaban yang diharapkan, diapun memutuskan untuk walk out ke luar ruangan.
Sementara Direktur Poltekpar, IB Puja, belum bisa dimintai komentarnya terkait pertemuan tersebut. (113)