Besakih, DenPost
Istilah Gering Agung, mulai populer setelah munculnya pandemi Covid-19 pada, 4 Maret lalu. Merujuk kepada sejumlah lontar-lontar Bali kuno, kata Gering sejatinya bermakna wabah penyakit yang menyerang manusia.
Wabah penyakit yang menyerang hewan dinamakan grubug, sedangkan wabah penyakit yang menyerang tumbuh-tumbuhan disebut sasab merana. Itu dijelaskan Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam pidatonya di Wantilan Pura Besakih, Minggu (5/7/2020), yang disaksikan ratusan pejabat penting di Provinsi Bali.
“Dalam lontar-lontar Bali kuno termuat ajaran nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi sumber keyakinan masyarakat Bali. Bahwa wabah penyakit merupakan bagian dari siklus alam, yang bisa datang berulang dalam kurun dasawarsa, abad bahkan milenium atau seribu tahunan,” kata Koster.
Kata dia, wabah semacam Covid-19 pernah terjadi di Bali pada tahun 1599 Masehi. Kala itu, gering yang terjadi wabah bernama lepra. “Lepra ini juga menyerang manusia. Munculnya wabah Covid-19 ini merupakan salah satu gering,” tuturnya.
Disebut Gering Agung, kata dia, karena Covid-19 menular di seluruh dunia, dengan tingkat infeksi tinggi. Menurut Koster, munculnya pandemi Covid-19 merupakan pesan dari kondisi alam dan isinya yang tak seimbang, oleh ulah manusia yang tak menjalankan tata kehidupan berdasarkan kearifan lokal. Salah satunya hidup harus mengasihi alam.
Berpijak kepada pandangan itu, Koster mengajak masyarakat untuk memandang makna positif Covid-19. Sebab wabah ini akan kembali mengambilan keseimbangan baru alam semesta, melalui tatanan kehidupan era baru. (106)
Ya kita harus mengasihi alam kita spt PANTAI,GUNUNG,LAUT dan lainya
Tolong di jaga alam bali pak dari infestor RAKUS , ALAM UTK ANAK CUCU KITA