Semarapura, DenPost
Kematian babi di beberapa daerah di Bali yang diduga akibat virus ASF membuat kelimpungan sejumlah peternak, termasuk peternak di Kabupaten Klungkung. Pasalnya, tidak sedikit peternak yang mengalami kerugian besar. Jumlah populasi babi yang diternakkan juga menurun drastis sampai di bawah 50 persen, bahkan ada yang kosong. Beberapa peternak juga berpikir ulang untuk beternak lagi karena situasi perekonomian tidak menentu akibat pandemi covid-19.
Kondisi ini tidak ditepis Kasubag Perekonomian Bagian Perekonomian dan SDA Klungkung, Tjok Istri Agung Wiradnyani, Rabu (9/9/2020). Menurut Tjok Wiradnyani, pihaknya bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan telah turun melakukan monitoring ke sejumlah setra peternakan babi di wilayah Batutabih dan Dusun Bajing, Kecamatan Klungkung. Dari hasil monitoring yang dilakukan ternyata jumlah populasi babi yang diternakkan menurun drastis.
“Jumlah populasi babi di peternak menurun. Ini dampak dari wabah virus yang terjadi pada bulan Februari. Kemudian menyusul terjadinya pandemi covid-19,” kata Tjok Wiradnyani
Menurut Tjok Wiradnyani, merebaknya virus babi menyebabkan peternak mengalami kerugian yang sangat besar. Berdasarkan hasil pemantauannya di beberapa peternak, kapasitas kandang babi yang sebelumnya terisi antara 100 sampai 1.000 ekor, saat ini hanya terisi kurang dari 50 persen. Bahkan ada yang kosong. “Demikian juga dengan babi indukan, pada saat situasi normal peternak bisa memelihara antara 50 sampai 100 ekor, namun saat ini kosong,” katanya.
Namun Tjok Wiradnyani yakin kondisi ini diperkirakan tidak akan menyebabkan kurangnya pasokan babi di pasaran. Utamanya menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan. Kebutuhan babi untuk hari raya dikatakannya masih aman. Demikian juga dengan harganya. Saat ini harga daging babi hidup di kisaran Rp 36.000 per kilogram. Menjelang Galungan harga diperkirakan hanya naik sekitar Rp 1.000-Rp 2.000 per kilogram. (119)