Ditinggal Orangtua, Siswa SD Jadi Tulang Punggung Keluarga

Ditinggal Orangtua, Siswa SD Jadi Tulang Punggung Keluarga
Ni Luh Wulandari

Amlapura, DenPost

Kenyataan pahit dirasakan Ni Luh Wulandari (13). Sejak kecil, Wulan yang berasal dari Desa Padangkerta, Karangasem ini tak mengenal kasih sayang kedua orangtua kandungnya. Karena perceraian, sang ayah pergi ketika Wulan masih dalam kandungan ibunya. Tak lama setelah ia lahir, tepatnya ketika berusia 3 bulan, ia ditinggal sang ibu untuk menikah lagi. Perpisahan kedua orangtua memaksanya untuk tumbuh mandiri. Dirawat kakek dan neneknya yang renta, siswa kelas 6 SDN 1 Padangkerta ini kini terpaksa menjadi tulang punggung keluarga.

Baca juga :  Ratusan Warga Karangasem Dikarantina, Satgas Lakukan Ini

 

Ditemui pada Selasa (27/10/2020), sejak pagi Wulan bekerja di salah satu warung es kelapa milik tetangganya. “Sejak belajar di rumah, dari pagi sampai sore saya jualan es kelapa. Sehari diberi upah Rp 15 ribu,” ungkap Wulan. Sembari menunggu pembeli, Wulan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

 

“Hasil kerjanya dipakai membeli lauk-pauk sehari-hari, untuk makan,” ungkapnya. Sang nenek, Nyoman Siwi telah menginjak usia 80 tahun. Kondisinya yang tak sehat akibat kecelakaan beberapa tahun lalu membuatnya tak lagi produktif. Sementara sang kakek, Mangku Rai, juga hanya mengandalkan ternak babi yang dipelihara untuk membantu Wulan. “Dulu sebelum pandemi, saya pulang sekolah jagain bengkel elektronik. Waktu itu kakek masih bisa bekerja. Upahnya masih kadang-kadang bisa ditabung. Tapi sekarang sudah tidak lagi,” imbuhnya.

Baca juga :  Andalkan Satu Dermaga, Bongkar Muat Dipersingkat Jadi 30 Menit

 

Tetap semangat belajar di tengah keterbatasan ekonomi, Wulan punya cita-cita mulia. “Saya ingin sekali jadi guru. Lihat-lihat ibu guru mrngajar di sekolah, saya ingin seperti mereka,” ungkapnya. Untuk meraih mimpinya, Wulan bertekad dapat menyelesaikan sekolah hingga perguruan tinggi. “Saya ingin membahagiakan kakek nenek lewat sekolah dan meraih cita-cita,” ucapnya.

Kendati tak pernah melihat sosok ayah, juga jarang bertemu sang ibu, Wulan tak pernah menyimpan dendam. “Saya tak pernah marah, saya bersyukur masih ada kakek dan nenek yang mau merawat saya,” pungkasnya. (yun)

Baca juga :  Frekuensi Sidak Prokes Jadi Empat Kali Sehari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini