UPACARA ngaben bikul (tikus) mengandung nilai kearifan lokal dan juga nilai filosofi yang menyangkut aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia. Ngaben bikul bertujuan untuk membersihkan hama tanaman dan juga menghilangkan pengaruh-pengaruh buruk dari aspek niskala. Apabila dicermati lebih jauh, tradisi ini bermakna pula menjaga keseimbangan ekosistem lahan pertanian. Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Badung, I Wayan Adi Arnawa, saat menghadiri puncak upacara ngaben bikul yang diselenggarakan Pemkab Badung di Pantai Seseh, Kamis (19/11/2020).
Adi Arnawa mengatakan, upacara ini sebagai wujud keberpihakan Pemkab Badung pada sektor pertanian. Terlebih saat ini Kabupaten Badung menjadi daerah yang paling terdampak akibat adanya pandemi covid-19, mengingat selama ini sektor pariwisata sangat diandalkan di Badung. “Melalui upacara ini, pemerintah daerah berupaya mewujudkan ketahanan pangan yang ada diwilayah Kabupaten Badung,” kata Adi Arnawa.
Ketua Panitia Upacara Ngaben bikul, IB Gede Arjana, mengatakan, upacara dilaksanakan karena adanya wabah bikul di wilayah Kabupaten Badung. “Hari ini kita melaksanakan upacara ngaben (nyomia tikus) agar alam ini utamanya di wewidangan subak bisa harmonis. Diharapkan dengan adanya upacara ini, Badung kembali harmonis, rahayu rahajeng antara pelemahan dan pawongannya,” terangnya.
Sedangkan IB Gede Munika selaku Ketua Seksi Upakara menambahkan, upacara ini mengambil tingkatan upacara pengabenan sarwa preteka (bebangkit 5) dan dipuput oleh Ida Pedande Gede Kekeran Pemaron dari Griya Agung Mandara Munggu. “Terkait upacara ngaben bikul ini, Pemkab Badung bersama instansi terkait, majelis madya subak dan para pekaseh/kelian subak abian se-Badung telah melakukan persiapan sarana dan prasana upacara ngaben yang sama dengan yang digunakan pada umumnya” paparnya.
Majelis Madya Subak Kabupaten Badung, Made Suka, mengatakan, persiapan upacara pengabenan sudah dilakukan dari Rabu (11/11/2020) lalu dengan melakukan upacara matur piuning di pura subak yang ada di Badung. Setelah itu dilakukan kegiatan meboros atau ngeropyok. Bikul yang mati dikumpulkan di masing-masing kelian subak untuk dibawa ke lokasi upacara ngaben ini. “Ada sekitar 300 bangkai tikus dikumpulkan untuk diaben hari ini dengan memakai tingkatan pengabenan sarwa preteka,” katanya.
Upacara ini juga dilaksanakan dengan menerapkan prokes yang ketat. Kehadiran peserta dibatasi, hanya perwakilan sedahan subak masing-masing kecamatan yang hadir. Tirta penyapuh merana yang dibagikan di lokasi upacara akan didistribusikan oleh sedahan subak di setiap kecamatan kepada para kelian subak, sehingga petani cukup nunas tirta di Pura Bedugul Subak masing-masing.
Upacara ini juga dihadiri anggota DPRD Badung, I Wayan Edi Sanjaya; Kadis Kebudayaan Gde Eka Sudarwita; Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) dan Pasedahan Agung I Made Sutama; Kepala Dinas Pertanian dan Pangan I Wayan Wijana; Kadis Perikanan I Nyoman Suardana; Camat Mengwi I Nyoman Suhartana; Camat Petang I Wayan Darma; Camat Abiansemal I B Mas Arimbawa; Ketua PHDI Badung Gede Rudia Adiputra dan Bendesa Adat Seseh, I Wayan Bawa. (a/115)