Seka Teruna Gianyar Diajak Olah Sampah Kompos

Picsart 12 15 09.43.21
RUMAH KOMPOS - Gerakan satu juta krama Bali ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, di Rumah Kompos Padangtegal, Ubud, Selasa (15/12/2020).

Gianyar, DENPOST.id

Desa Adat Padangtegal, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar sejak tahun 2012, mulai membuat pengolahan sampah kompos. Tujuannya dari pengolahan sampah itu, untuk membiasakan warga memilah sampahnya dari masing-masing rumah tangga, sehingga yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat diminimalisir jumlahnya.

Pengolahan sampah Padangtegal selain bisa bernilai ekonomis, juga bisa menyerap tenaga kerja dan dapat menjaga kelestarian lingkungan. Demikian terungkap dalam gerakan satu juta krama Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” di Rumah Kompos Padangtegal, Ubud, Selasa (15/12/2020).

Gerakan satu juta krama Bali, dengan melibatkan sejumlah anggota seka teruna dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Gianyar diisi dari berbagai sumber, yakni Bendesa Adat Padangtegal, I Made Gandra dan Manager Rumah Kompos Padangtegal, I Dewa Gede Satya Deva. Para peserta selain mendapat penjelasan secara detail tentang pengolahan sampah juga diajak keliling mengunjungi cara pengelolaan dan pemilihan sampah yang baik. Selain itu juga, peserta diajak keliling halaman Rumah Kompos Padangtegal yang menyatu dengan objek wisata Monkey Forest,Ubud.

Bendesa Adat Padangtegal, I Made Gandra menjelaskan sebagai masyarakat Bali, tentunya sudah menyatu dengan alam sejak dulu, sehingga adanya keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Khusus untuk lingkungan sendiri, di Desa Padangtegal yang satu-satunya memiliki hutan kota dan sebuah beji atau sumber mata air. Untuk itu, pihaknya memiliki komitmen menyelamatkan lingkungan. “Untuk itu, desa adat harus memiliki komitmen menyelamatkan lingkungan dengan cara pengelolaan limbah sampah atau daur ulang secara berkesinambungan. Banyak orang tempatnya ingin bersih akan tetapi membuang sampah ke tempat lain. Maka kami sejak 2012, sudah mulai membangun rumah kompos ini,” kata Gandra.

Baca juga :  Jegeg Bagus Jembrana Diharapkan Jadi Mentor Generasi Muda

Selain itu, pihaknya menyadari penanganan sampah bukan saja menjadi tangungjawab pemerintah saja, namun juga masyarakat hulu. Bilamana masing-masing desa adat dapat mengelola sendiri sampah di desanya, tentu permasalahan sampah akan ringan. Bahkan daur ulang sampah dijadikan kompos sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah. ‘’Menggarap sampah harus dilakukan secara bersama-sama dari rumah tangga dan diperlukan edukasi. Tanpa edukasi yang benar atau pengolahan yang benar akan sulit untuk melangkah. Sejak tahun 2012 itu, selama dua tahun kami mengedukasi masyarakat agar bersama -sama memilah sampahnya dari rumah masing-masing. Namun tiga tahunnya dan sampai saat ini mereka sudah sadar dan kini sudah dirasakan manfaatnya,’’ ujarnya.

Baca juga :  Ribuan Bangkai Ayam Potong Dibuang di Kawasan TWA Gunung Batur Bukit Payang

Sementara Manager Rumah Kompos Padangtegal, I Dewa Gede Satya Deva menambahkan di Rumah Kompos Padangtegal bukan saja ada tempat pengolahan sampah, namun berbagai tempat edukasi sebagai penyelamat lingkungan. “Sampai saat ini, di Rumah Kompos Padangtegal hanya mendatangkan sampah hasil pilahan dari masyarakat Padangtegal saja. Jika tidak dipilah petugas tidak akan mau mengangkut sampah milik masyarakat,” jelasnya. (116)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini