Gianyar, DENPOST.id
Kasus Covid-19 belum juga mereda dan bahkan Kabupaten Gianyar masuk zona merah. Karenanya, Ketua DPRD Gianyar, I Wayan Tagel Winata mengusulkan agar dilakukan “lockdown”.
Usulan lockdown yang dikemukakan Ketua DPRD Gianyar, Wayan Tagel Winarta, ternyata sudah dipikirkan secara matang. Wakil rakyat asal Kecamatan Tampaksiring, Gianyar itu ternyata telah menghitung biaya apabila Bali di-lockdown. Dari hitung-hitungan secara umum, biayanya diperkirakan mencapai Rp120 miliar. “Kalau Bali lockdown, kami harapkan masyarakat ditanggung sembako selama 14 hari,” kata Tagel Winarta, Selasa (26/1/2021).
Dia pun merinci biaya makan per orang selama sehari. Ketua Dewan ini mencontohkan biaya makan sehari, ini hitungan kalau masak di rumah itu Rp20 ribu sehari/per orang. Dari angka Rp20 ribu tersebut, diperoleh angka Rp280 ribu selama 14 hari per orang. Kalau jumlah penduduk Bali ini empat juta jiwa, berarti memerlukan biaya Rp120 miliar. Itu untuk biaya makan saja 14 hari.
Menurut Tagel, upaya “lockdown” ini sebagai formula terakhir. “Sekarang semua pihak sudah berusaha. Satgas sudah, kepolisian, TNI semua sudah bergerak. Malah kasus Covid-19 naik,” jelasnya.
Bahkan, perpanjangan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) jilid II hingga dua Minggu, sehingga usulan “lockdown” ini keluar sebagai upaya terakhir. “Coba formula terakhir dilakukan, yaitu lockdown. Dari pada bertahun-tahun tidak bisa,” katanya.
Pihaknya berharap usulan ini bisa diterima oleh pemerintah pusat. Sebagai Ketua DPRD Gianyar, Tagel Winarta akan membahas dalam usulan forum DPRD Gianyar. Pihaknya menduga upaya “lockdown” tidak dilakukan karena ada sedikit ketakutan. Pihaknya berharap dicoba formula itu, sebab negara lain sudah melakukan.
Tagel Winarta menambahkan, usulan lockdown ini terlontar dari keluh kesah masyarakat yang masuk ke telinga DPRD Gianyar. Di mana, keluhan masyarakat banyak sampai saat ini Covid-19 belum berakhir. Di samping itu, hanya sejumlah kegiatan masyarakat yang dibatasi. Seperti upacara keagamaan dibatasi dan acara seremonial juga dibatasi. Namun kegiatan di pasar masih ramai. (116)