
PARIWISATA lesu di Bali karena dampak Covid-19, yang sudah lebih dari setahun membuat masyarakat yang terjun di bidang usaha pariwisata maupun karyawan di sektor pariwisata harus memutar otak dalam mempertahankan hidupnya. Banyak usaha yang sudah gulung tikar tidak mematahkan semangat masyarakat Bali, untuk bangkit dari keterpurukan.
Seperti halnya, Nyoman Gede Sukanadiyasa. Warga Banjar Belawan, Desa Abiansemal, Badung ini tak mau habis akal dalam menjalankan usaha meski tempat ia bekerja dulu tak lagi mempekerjakannya. Sukanadiyasa pun membuka usaha baru yang belum orang banyak menggelutinya. Usaha tersebut, adalah kelapa muda bakar. Kelapa Muda Bakar ini dipadukan dengan 12 macam rempah-rempah dan hanya dapat dinikmati di Kedai Sari Yadnya Coco yang berada di Jalan Oleg, Penarungan, Badung.
“Kondisi begini kita tidak bisa bertahan, terlalu lama kita menunggu, dan berharap adalah sesuatu yang tidak mungkin. Jadi dalam keterpurukan, saya timbul semacam ide bagaimana bisa bertahan hidup. Akhirnya saya bermain di kelapa muda,” ujar Sukanadiyasa ditemui di kedainya, Minggu (6/6/2021).
Menurut dia, situasi pandemi saat ini, kelapa muda sangat dibutuhkan terlebih pada cuaca panas. “Nah, perjalanan saya menyuplai kelapa di sepanjang Pantai Legian, kebutuhan kami sekitar 500 butir perhari. Seiring perjalanan waktu, barang saya sering sekali disortir di sana. Jadi ada yang kecil sering dibawa ke gudang. Akhirnya di gudang kita berpikir cara mengolah kelapa ini menjadi berharga kembali,” jelasnya.
Pria yang akrab disapa Man Nonggeng ini, akhirnya berhasil membuat satu menu yang tidak jauh dari menu yang dibuat pada profesi sebelumnya.“Ini berawal dari konsep Indian Tea, yang saya kemas kombinasikan dengan isi kelapa muda ini. Makanya kita bikin disini Grill Coconut with Indian Spices,” terangnya.
Man Nonggeng menilai menu kombinasi ini sangat cocok di iklim tropis, dan diyakini rasa tersebut bisa masuk pada lidah orang Indonesia. “Apalagi di Bali sangat kental dengan nuansa pedas. Syukur sampai hari ini kita mampu bisa eksis, 75 sampai 100 butir khusus untuk kelapa bakar saja per hari,” terangnya.
Ia juga menjelaskan, motivasi untuk memasukkan rempah-rempah India yang digunakan berawal dari pengalaman saudaranya yang terkena asam urat dapat disembuhkan dengan kelapa bakar. “Jadi dia minum setiap hari kelapa muda bakar, lambat laun, sedikit demi sedikit itu hilang. Jadi semakin menguatkan motivasi saya untuk mencoba, astungkara diterima sampai saat ini,” paparnya.
Ia mengaku kelapa muda dengan racikan yang dibuat, membuat para pembeli yang jauh dari lokasi kedainya rela untuk berulang kali membeli kelapa muda bakar rempah India tersebut. “Bahkan pelanggan jauh-jauh dari Nusa Dua, dari Kuta pun balik sampai empat kali sampai lima kali dengan ramuan yang kita bikin di dalamnya itu,” ungkapnnya.
Selain madu, serai dan jahe, Man Nonggeng merahasiakan racikannya, hanya menyebutkan 12 jenis rempah dimasukkan dalam kelapa muda bakar tersebut yang dikemas jadi satu dalam botol. “Ada sekitar 12 jenis rempah dimasukkan di dalamnya itu, kita kemas jadi satu menjadi toping kelapa bakar itu sendiri,” tegasnya.
Dengan menjual kelapa muda bakar dari harga Rp10 ribu sampai Rp 20 ribu per buah, Man Nonggeng mampu mendongkrak perekonomian dalam keluarga, bahkan menyerap dua pekerja untuk membantu usahanya yang selalu ramai pembeli. (dwa)