Denpasar, DenPost.id
Rencana pemerintah kembali menerapkan PPKM Level 3 mulai 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022 mendatang ditanggapi Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali dr.Ketut Suarjaya, Selasa (23/11/2021). Dia menyebut bahwa Bali telah melalui dengan baik berbagai tahapan PPKM mulai dari level 4, level 3 dan level 2.
Menurutnya, kebijakan pemerintah menerapkan PPKM Level 3 sangat tepat untuk melindungi masyarakat luas. Dengan menerapkan kebijakan yang lebih ketat, terutama mematuhi prokes secara bersama, tentu akan melindungi masyarakat dari paparan covid-19 pada akhir tahun. Bahwasanya, menurut Suarjaya, secara epidemilogis, kasus meningkat akibat banyaknya aktivitas dan kerumunan warga. ‘’Kerumunan-kerumunan di tempat tertentu akibat liburan panjang dapat memicu meningkatnya kasus covid-19,’’ tegas pria asal Buleleng ini.
Dia menambahkan dengan PPKM Level 3, peningkatan kasus covid-19 diharapkan tak sampai terjadi. Hal itu karena pemerintah berusaha mencegah kerumunan dan aktivitas bersama-sama. Suarjaya berharap masyarakat memahami kebijakan penting ini karena pada umumnya pemerintah ingin melindungi masyarakat dari pandemi. Dengan pembatasan kegiatan ini pula, pemerintah berharap tetap pada situasi terkendali, sehingga virus tak lagi menjadi pandemi.
Kadiskes juga mengaku senang karena minat masyarakat Bali untuk divaksin anticovid-19 sangat kompak. Dengan demikian vaksinasi di Pulau Dewata menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia. Hal itu terlihat dari cakupan vaksinasi yang sangat baik. Dari 3,4 juta jumlah penduduk Bali yang jadi sasaran, hingga sekarang tercapai 101 persen untuk dosis 1, sedangkan dosis 2 mencapai 88,3 persen, bahkan tenaga kesehatan (nakes) mencapai 106 persen. Jika dilihat dari capaian herd immunity (kekebalan kelompok), maka Bali melampaui 80 persen. Secara teori, tambah Suarjaya, di Bali sejatinya sudah terbentuk kekebalan kelompok. Jika 70 warga sudah divaksinasi dosis dua, maka terbentuklah kekebalan itu. ‘’Astungkara, dengan melihat kasus covid-19 yang kian melandai, mudah-mudahan ini pengaruh herd immunity, di samping penerapan prokes sangat ketat,’’ bebernya.
Ditanya mengenai jadwal vaksinasi, Suarjaya mengatakan baru bisa dihentikan setelah semua warga divaksin. Sedangkan sasaran berikutnya adalah anak-anak usia umur 6 tahun sampai 11 tahun. Diskes sedang menunggu petunjuk terknis dan Gubernur Bali Wayan Koster secara proaktif bersurat ke Kemenkes agar vaksinasi ke anak-anak bisa dimulai secepatnya. Untuk itu sebanyak 22 ribu vaksinator siap bertugas memvaksin anak-anak. Sedangkan stok vaksin di Bali ada sekitar 600 ribu vial. Jika vaksin ini digunakan, maka cukup untuk memvaksin kelompok anak umur 6 tahun sampai 11 tahun. ‘’Kalau sudah ada izin dari pusat, barangkali dalam satu-dua bulan ini, kami bisa selesaikan, sehingga akhir 2021 semua anak-anak bisa divaksin,’’ tegasnya.
Khusus mengenai vaksinasi terhadap warga lanjut usia (lansia) di Bali, Suarjaya menyebut untuk dosis 1 mencapai 80 persen, sedangkan dosis 2 sekitar 69-70 persen. Ini artinya belum 100 persen lansia divaksin, padahal mereka tergolong paling rentan terpapar covid-19. Kebanyakan lansia yang belum divaksin ini tinggal di desa-desa atau pelosok. Ada dua kabupaten yang vaksinasi lansianya masih rendah yakni Gianyar dan Bangli (belum mencapai 60 persen). Dengan demikian, ini masih menjadi PR bagi pemerintah menggencarkan lagi vaksinasi terhadap lansia. Untuk itu masyarakat yang punya lansia umur 60 tahun ke atas agar segara menginformasikan, sehingga cepat divaksin anticovid-19.
Kendati kasus melandai, Suarjaya tetap mengajak masyarakat mengajak melakukan langkah-langkah pencegahan di hulu. Caranya tetap menaati 6M yakni mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, mengurangi bepergian, meningkatkan imunitas dan menaati peraturan. Sedangkan di hilir, merupakan tugas pemerintah dengan tetap menerapkan 3T yakni tracing (penelusuran), testing (pengetesan) dan treatment (pengobatan) yang tepat. Selain itu tetap menyediakan oksigen yang baik dan vaksinasi. (yad)