DWP ISI Denpasar Laksanakan Yatra Budaya ke Maestro Seni

sima
KUNJUNGI SENIMAN - Ketua Darma Wanita Persatuan (DWP) ISI Denpasar Ayu Rahayu Adnyana saat mengunjungi seniman lukis bersaudara, I Nyoman Mastra dan Wayan Suweca, di Banjar Sangging, Kamasan, Klungkung, Jumat (3/12/2021). (DenPost.id/ist)

Kamasan, DenPost.id

Darma Wanita Persatuan (DWP) ISI Denpasar secara berkelanjutan melaksanakan yatra budaya yakni kunjungan sosial ke rumah atau studio maestro dan seniman. Pada sembilan bulan terakhir ini dikunjungi  lima maestro dan seniman seni tradisional di berbagai kabupaten dan kota di Bali. Selain masimakrama, DWP ISI Denpasar juga menyumbang sembako ke setiap ‘’guru waktu’’ yang dikunjungi.

Pada Jumat (3/12/2021) lalu, DWP ISI Denpasar yang dipimpin Ayu Rahayu Adnyana mengunjungi seniman lukis bersaudara, I Nyoman Mastra dan Wayan Suweca, di Banjar Sangging, Kamasan, Klungkung. Sebelumnya dilakukan kunjungan ke seniman tari, Sang Ayu Ketut Muklen, di Banjar Sala, Tampaksiring, dan seniman seni pertunjukan, I Wayan Dupa, di Kemenuh, Sukawati, Gianyar. Berikutnya ke seniman dalang dan karawitan, sekaligus mantan Kepala Sekolah Kokar Bali, I Nyoman Sumandi, di Banjar Tunjuk, Tabanan, serta mengunjungi seniman prasi, I Wayan Mudita Adnyana, di Tenganan, Karangasem.

Baca juga :  Awal Tahun, BPBD Klungkung Tangani 20 PohonTumbang

Pada setiap kunjungan, ikut juga pengurus DPW ISI Denpasar, Agung Arianti Remawa, Sariasih Muka, Eka Sumantriani Sudirga, Luh Gede Sri Artini Arba, Riani Garwa, dan Tjok.Istri Pemayun Udayana. Kunjungan dan simakrama ini, menurut Ketua DWP ISI Denpasar Ayu Rahayu Adnyana, Rabu (8/12) kemarin, diilhami spirit aguron-guron. Maestro dan seniman yang dikunjungi tidak saja berkontribusi luar biasa pada pemajuan seni dan budaya Bali, melainkan juga berdedikasi bagi dunia pendidikan seni terutama bagi ISI Denpasar. “Beberapa dari  maestro dan seniman yang kami kunjungi bahkan sempat mengajar seni di ISI Denpasar. Semua tetua kita itu menyiratkan rasa bahagia. Mereka mengisahkan pengalaman berkesenian saat usia muda. Masyarakat mengelu-elukan, namanya disebut di berbagai ruang diskusi, namun seperti dilupakan begitu usia mereka semakin senja. Apa yang DPW ISI Denpasar lakukan, walau sangat kecil dari sesi material, momen simakrama kami begitu bermakna. Kami larut dalam nostalgia berkesenian,“ ujar Ayu Rahayu, yang juga perias pengantin Bali itu.

Semua maestro dan seniman yang dikunjungi merasa seperti didatangi murid-muridnya. Mereka menyampaikan tutur, cerita, dan teknik-teknik penciptaan, serta penyajian seni. Seperti Wayan Dupa, dengan senang hati, melantunkan tembang-tembang penasar. Begitu juga Wayan Mudita bertutur seni prasi dan teknik tabuh gender. Kunjungan menjadi ruang pembelajaran hingga tidak terasa setiap kunjungan bisa sampai lebih dari tiga jam.  “Saya sangat senang dan haru menerima kunjungan pengurus DWP ISI Denpasar. Beberapa pengurus malah merupakan murid-murid saya, sehingga pertemuan berlangsung menyenangkan, dan berbagai pengalaman kesenian di masa lalu saya sampaikan dengan jujur dan terbuka. Harapannya dapat dibagi pada segenap pimpinan ISI Denpasar. Kami mengusulkan pelibatan maestro pada pembelajaran di ISI Denpasar dapat ditingkatkan,’’ terang Nyoman Sumandi.

Baca juga :  Belum Dapat Bedah Rumah, Pasutri di Nusa Penida Ini Bertahan di Gubuk Reot

Bendahara DWP ISI Denpasar, Dian Kartika Pramana menjelaskan, bahwa sembako dan uang tunai yang disumbangkan ke para maestro atau seniman yang dikunjungi merupakan hasil penggalangan dana melalui kegiatan bazar internal DWP ISI Denpasar. Selain itu untuk kunjungan mendatang, diagendakan workshop tata rias pengantin gaya Gianyar, sanggul Bali, dan make-up.

‘’Kunjungan DWP ISI Denpasar merupakan inisiatif yang baik  sekaligus menginspirasi,’’ ujar Rektor ISI Denpasar Prof. Wayan “Kun”Adnyana.

Baca juga :  Sebagian Bangunan PPI Karangdadi Lenyap, Ini Penyebabnya

Kunjungan sekaligus simakrama yang diberi nama yatra budaya ini menjadi penyambung memori sekaligus pengikat bathin dalam menjaga taksu seni dan budaya di ISI Denpasar. “Selaras dengan yatra budaya ini, ISI Denpasar mendirikan monumen Wall of Fame untuk mengabadikan nama dan tanda tangan maestro dan seniman bereputasi tersebut,” jelas mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu. (yad)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini