Rektor ISI Denpasar Prof. Dr.’’Kun’’ Adnyana: Tak Hanya Paham Seni, Tapi juga Andal Kalkulasi

isi
Wayan ‘’Kun’’ Adnyana

MEMIMPIN perguruan tinggi seni pada era kini, bagi Prof. Dr. Wayan ‘’Kun’’Adnyana,  tak hanya butuh kecakapan artistik dan seluk-beluk seni. Hal penting justru menyangkut kalkulasi dan hitungan angka-angka. Ketika menyusun program untuk memajukan pendidikan di kampus, Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini, juga harus pintar hitung-hitungan menyangkut indikator, bobot, dan target capaian kinerja. Hal itu dilakukan bersama stafnya, terutama untuk memberi skor sesuai bobot setiap penilaian program yang telah dijalankan maupun yang bakal diterapkan.

Saat ditemui DenPost.id di ruang kerjanya, pekan lalu, Kun sibuk mengutak-atik angka untuk mewujudkan moto baru ISI Denpasar yakni: Pusat Hub Seni dan Kreativitas Kelas Dunia atau Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub (G-BAACH). Dia dengan cermat mengamati setiap program yang dipersiapkan dalam upaya pengembangan akademik, aktualisasi strategi, dan urun tangan ISI Denpasar dalam pelibatan publik seni yang luas. Pada penghujung tahun 2021 ini, ISI Denpasar mengajukan delapan usulan pendirian program studi baru yaitu: Pendidikan Seni (S2), Desain Game (S1, Pendidikan Seni Rupa dan Desain (S1), Desain Produk (S1), Tata Kelola Digital Seni (S1),  Teater (S1), Animasi (sarjana terapan), dan Penyaji Seni Pertunjukan (Sarjana Terapan). Berkat kecermatan Kun pula anggota timnya, berhasil menyelesaikan proposal, berikut telah diasistensi penjaminan mutu dan tim review internal. ‘’Ya beginilah kalau jadi Rektor Perguruan Tinggi Seni di era digital. Semua diukur dengan angka-angka yang pasti, sehingga mesti dijawab dengan perhitungan cermat, sekaligus capaian kinerja yang betul-betul terlihat dan berkontribusi pada kemajuan lembaga ISI Denpasar serta prestasi civitas akademika,’’ tegas pria kelahiran Bangli pada 4 April 1976 ini.

Ditanya mengenai kepandaian soal kalkulasi, Kun mengatakan hal ini dibentuk pengalaman memasuki dunia birokrasi dan didikan orangtua.

Menurut dia, selain mengimplementasikan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka untuk mencapai pembelajar mandiri, kritis, dan kreatif, ISI Denpasar secara efektif melakukan upaya sistematis dalam mewujudkan lembaga pendidikan tinggi kreatif, berdaya saing global. Posisi Bali sebagai lokus sangat menguntungkan dan berkah. Bali memiliki ekosistem kreatif, dan sejarah kehidupan seni yang panjang, juga menjadi ruang campuan kompetisi global seni budaya. ‘’Bali juga brand yang dikagumi dunia, sehingga upaya menjadikan ISI Denpasar sebagai hub internasional dalam dialog, sinergi, dan kolaborasi seni budaya tingkat dunia, optimis terwujud” beber mantan Kadisbud Bali ini.

Di bagian lain, Kun dan jajarannya tengah membangun monumen Wall of Fame di kampus setempat untuk mengabadikan nama baik penyangga, baik maestro, seniman, budayawan, profesional, pejabat pemerintahan, maupun pengusaha bereputasi terhadap pemajuan seni dan budaya bangsa Indonesia.  Monumen seperti ini di luar negeri menjadi landmark/ikon kota/perguruan tinggi, seperti Hollywood Walk of Fame, Alabama Jazz of Fame, dan Australian Stockman Hall of Fame. (yad)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini