Gianyar, DENPOST.id
Hujan lebat disertai petir yang terjadi, Minggu (9/1/2022) sore hingga malam, menimbulkan bencana alam di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Gianyar, terdapat musibah tanah longsor, pohon tumbang, luapan lumpur masuk ke balai banjar dan jembatan kecil putus.
Tidak ada korban jiwa dalam bencana ini. Hanya saja kerugian material mencapai ratusan juta.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Gianyar, IGN Dibya Presasta, Senin (10/1/2022) mengatakan akibat hujan lebat yang berlangsung beberapa jam menimbulkan sejumlah bencana alam tanah longsor menutupi badan Jalan Gunung Kawi, Desa Sebatu Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Penyebab kejadian karena cuaca ekstrem. Upaya dilakukan BPBD Gianyar mengerahkan anggota TRC BPBD Kabupaten Gianyar, beserta armada dan perlengkapan untuk melakukan penanganan evakuasi. Sekitar pukul 13.30 wita material tanah longsor sudah dapat dibersihkan.
Petugas BPBD Gianyar juga menangani bencana pohon tumbang yang disertai tanah longsor menutupi badan jalan.
Pohon tumbang menghalangi jalan terjadi Banjar Kawan, Desa Tampaksiring, Gianyar. Sekitar pukul 11.05 Wita, pohon tumbang disertai tanah longsor yang menutupi badan jalan sudah dapat ditangani petugas.
Petugas BPBD Gianyar dan polisi menangani bencana pohon tumbang di perbatasan barat jembatan Gelumpang, Sukawati menuju Banjar Pinda, Blabatuh, Gianyar. Unit PRC dipimpin Kanit Samapta bersama empat personel menangani pohon tumbang akibat erosi jatuh melintang ke jalan dan memotong, serta membersihkannya. Pohon tumbang dapat diatasi lalin kembali normal.
Akibat hujan lebat mengakibatkan Jalan Jata II, Gianyar atau jalan menuju Pondok Wisata Ting-ting, Gianyar, ambrol. Karena jalan ambrol setengah, untuk sementara jalan ditutup dan tidak bisa dilalui. Selain itu, akibat hujan lebat menimbulkan salah satu wantilan di Desa Temesi, tergenang air dan tertimbun lumpur.
Hujan deras yang disertai petir ini juga memutuskan jembatan kecil yang menghubungkan ke sebuah pura di Desa Lebih, Gianyar. Karena jembatan penghubung putus dan air cukup besar, dua orang Jro Mangku Pura lanang istri tidak berani pulang, sehingga mekemit (menginap) di pura. Pagi hari setelah air singai surut, dua orang jro mangku ini baru pulang kerumahnya. (116)