
Mangupura, DENPOST.id
Memasuki sasih kawulu, di Desa Adat Kerobokan dilaksanakan caru amreta bhuwana yang pelaksanaanya bertepatan dengan tilem kawulu nemonin anggara pon menail pada, Selasa (1/2/2022). Sarana caru yang dipergunakan berupa Sapi Jagiran Warna Hitam (Godel Selem Batu) dan pelaksanaan caru di Pura Petitenget.
Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun sekali nemoning tilem kawulu.
Ketua Panitia Pura Dhang Kahyangan Petitenget dan Pura Masceti Ulun Tanjung Petitenget, AA Ngurah Rai Yuda Darma yang juga Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Badung, Jumat (28/1/2022) di Puspem Badung, mengatakan tujuan caru amreta bhuwana adalah ngupati atau mapahayu jagat beserta isinya agar mendapatkan jagathita.
Prosesi upacara dan upakara diawali dengan menyembelih Sapi Jagiran Hitam yang terletak di tengah-tengah pintu masuk dan keluar (nista mandala Pura Petitenget) dengan perlengkapan dan sarana upakara, yakni tirta, payung kuning dua, tombak poleng dua, tamiang dua, tah (arug) dua, daksina panyambelehan, segehan sembilan tanding, segehan sebelas tanding, rantasan, dan pasucian. Setelah upacara itu, dilaksanakan sapi jagiran hitam disembelih oleh pemangku memakai pakaian serba putih dengan membawa tah (arug).
Dijelaskan dia, caru artinya tawur/yadnya, amreta artinya urip/landuh, bhuwana artinya jagat, disebut juga sebagai purusa/akasa, itu sebabnya caru tersebut sarananya Sapi Jagiran Hitam. Sapi artinya Nandini, sebagai wahana yang menyebabkan ketentraman jagat. Jagiran artinya laki yang berperawakan tegap berarti sempurna. Warna hitam artinya Krisna sebagai Wisnu sebagai pemelihara jagat
Diakhir upacara pecaruan tersebut, semua sarana upakara termasuk sapi selem dilarung ke Pantai Petitenget atau disebut dengan mapekelem dan pada hari itu juga krama Desa Adat Kerobokan nunas tirta pecaruan lan tirta peneduh untuk di rumah masing-masing. Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari Kas Pura Dhang Kahyangan Petitenget dan sumber-sumber lainnya dari krama Desa Adat Kerobokan. (115)