Seorang Petani Olah Limbah Jeruk dan Tomat Jadi Pupuk

picsart 22 03 13 18 59 11 679
OLAH LIMBAH - I Nengah Rawitana, petani dari Pengotan, Bangli, saat mengolah limbah buah menjadi pupuk organik.

Bangli, DENPOST.id

Berawal dari harga pupuk konvensional yang mahal, seorang petani jeruk di Desa Pengotan, Bangli, memiki inisiatif mengolah limbah jeruk sebagai pupuk organik. Pupuk yang berhasil dibuat I Nengah Rawitana, merupakan pupuk organik cair.

Ia memanfaatkan limbah jeruk yang berserakan di kebunnya sebagai pupuk. Saat di temui di kebun porang miliknya, Minggu (13/3/2022), Rawitana menjelaskan jika pupuknya tersebut sudah ia buat sejak enam bulan terakhir dan langsung dipergunakan. Di mana, pada saat itu dirinya melihat banyak limbah buah jeruk dan tomat yang terbuang dikebunnya.

“Di sini kan sebagian besar petani jeruk dan saya juga pengepul jeruk, sehingga banyak limbah menumpuk disaat musim panen. Dari itu, saya coba-coba meracik sendiri,” ungkapnya

Untuk bahan yang ia gunakan dalam pembuatan pupuk tersebut, di antaranya buah jeruk, tomat dan berbagai macam limbah buah lainnya yang tidak terpakai, limbah air kelapa, batang pisang, air dan serabut kelapa. “Buah jeruk dan batang pisang dicacah kecil agar cepat pembusukannya. Sementara serabut kelapa saya cari bagian dalamnya, kemudian semua bahan tersebut dimasukkan ke dalam tong dan ditutup rapat agar tidak ada udara yang masuk dan ditaruh di tempat yang lembab,” jelasnya.

Baca juga :  Bupati Giri Prasta Hadiri Diksa Pariksa Griya Dalem Sibanggede

Rawitana menambahkan pupuk organik cair olahannya baru bisa digunakan, setelah proses permentasi satu setengah bulan hingga tiga bulan. Di mana, saat dibuka sudah berbau wangi keasaman. “Kalau sekarang baru dicampur baunya tidak enak, nah nanti kalau sudah paling cepat satu setengah bulan bahkan kalau bisa tiga bulan berubah baunya jadi agak wangi dan asam baru bisa digunakan,” terangnya.

Sementara untuk penggunaannya, jika satu liter pupuk cair tersebut bisa dicampur dengan seratus liter air. Barulah digunakan memupuki tanaman dengan cara disemprot. “Disemprot bisa, tapi lebih baik langsung dikucurkan ke batang tanaman agar penyerapannya lebih cepat dan maksimal. Sudah enam bulan lebih digunakan awalnya di tanaman sayur dan sekarang saya juga pakai di tanaman porang ,” imbuhnya.

Baca juga :  Efisiensi Anggaran, Dinas Perkim Denpasar Tanam Bibit Swakelola

Menurutnya semenjak menggunakan pupuk buatan sediri, pertumbuhan tanaman sayur dan porangnya lebih cepat dan subur jika dibandingkan dengan pengunaan pupuk kimia.
“Sekarang sudah tidak mengunakan pupuk kimia lagi karena ini kan sudah buat pupuk sendiri. Selain tanaman lebih baik ini kan juga bagus untuk tanah. Kalau pupuk kimia kan lama-kelamaan tanah akan rusak kalau ini kan kesuburan tanah akan terjaga. Belum saya jual belikan tapi kalau ada teman petani yang minta, saya kasih,” pungkasnya. (128)

Baca juga :  Bayar Kaul Lulus Magister, Dewi Pradewi Produksi Buku "Tato Perempuan Bali"

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini