Bangli, DENPOST.id
Wilayah Kecamatan Kintamani, Bangli, merupakan wilayah penghasil buah jeruk terbesar di Bali. Di tengah kondisi pandemi sejak dua tahun lalu, harga jeruk Kintamani merosot. Hal tersebut membuat seorang petani jeruk, Ni Putu Sujianingsing, di Desa Mangguh , Kecamatan Kintamani, Bangli berinovasi membuka agro wisata petik jeruk guna menarik pengunjung termasuk pembeli.
Ditemui di kebunnya, Suji menerangkan, wisatawan yang berkunjung ke agro tersebut dapat memetik dan langsung menikmati buah jeruk langsung dari pohonnya. Agro petik jeruk yang dinamakan Pondok Jujukan ini baru di buka sejak awal Desember lalu. Ide awalnya muncul saat musim panen jeruk yang melimpah dan harganya anjlok. Untuk memgurangi kerugian, dirinya membuka agro wisata tersebut. “Kalau ide pertama muncul saat musim panen jeruk harga anjlok. Nah, saya ngumpul bersama keluarga karena punya lahan jeruk, kita coba-coba berinovasi membuat agro namanya Pondok Jujukan,” ungkapnya belum lama ini.
Lebih lanjut Suji menyebutkan, wisatawan yang berkunjung akan dikenakan tiket masuk Rp 15 ribu per orang. Nantinya wisatawan sudah dapat memetik dan menikmati jeruk sepuasnya bersama keluarga dan kerabat . Sementara jika ingin membawa oleh-oleh satu kilogram jeruk hanya dihargai Rp 15 ribu.
“Di sini ada tiga varian jeruk. Ada jeruk siem madu, jeruk slayer dan jeruk kaprok. Kalau dimakan di sini bebas sepuasnya. Selain itu kita juga menyediakan beragam makanan dan minuman lainnya,” sebutnya.
Salah seorang pengunjung, Gek Mang asal Jimbaran, Badung mengaku baru pertama kali merasakan buah jeruk dengan memetik langsung dari pohonnya. Dia mengungkapkan jika jeruk yang dipetik langsung lebih segar dan manis, selain itu suasana di sekitar kebun yang sejuk juga sangat cocok untuk bersantai bersama keluarga. “Jeruknya manis. Ternyata kalau dipetik langsung rasanya lebih segar. Saya baru pertama ke sini, tahu dari media sosial. Ke sini sama keluarga,” katanya.(128)