
Singaraja, DENPOST.id
Kasus Covid-19 di Kabupaten Buleleng semakin melandai dan jauh menurun dalam beberapa pekan terakhir.
Tingkat hunian pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng juga kian berkurang. Terkait itu, 5 ruangan telah dikurangi dari total 8 ruangan yang digunakan untuk merawat pasien konfirmasi Covid-19. Hal itu diungkapkan Direktur Utama RSUD Kabupaten Buleleng dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD., saat dimintai konfirmasi Jumat (1/4/2022).
Lebih lanjut dijelaskan, penyediaan ruangan rawat inap untuk pasien Covid-19 bersifat fleksibel. Total 8 ruangan digunakan atau 120 bed dari jumlah keseluruhan bed di rumah sakit atau sekitar 60% dari total ruangan selama pandemi ini. Fleksibelitas ini bertujuan untuk efektivitas dan efisiensi biaya selain tetap memprioritaskan pasien-pasien sakit berat di luar pasien Covid-19.
“Dari data pagi tadi, pasien yang terkonfirmasi Covid-19 hanya 5 orang yang dirawat dan pasien suspek sebanyak 8 orang. Dari 3 ruangan saat ini yang digunakan, dalam waktu dekat kita akan kurangi lagi 1 yaitu untuk pasien intensif di ruang Lely dan gejala sedang di ruang Jempiring, itu saja yang akan kita fungsikan. Mari kita berdoa agar Covid-19 terus melandai,” ajaknya.
Terkait antisipasi bertambahnya kasus seperti yang terjadi pada varian Delta dan Omicron, Arya menegaskan, pihaknya siap dengan konsep fleksibelitas untuk menyediakan ruang pasien selain infrastruktur, rute, tenaga medis, dan obat-obatan. ”Kita harus selalu memiliki mitigasi yang kuat, kita yakin RSUD Buleleng siap dalam menangani pasien bergejala sedang, berat dan kritis, termasuk ketersedian oksigen kita siap, karena kita dapat memproduksi oksigen sendiri dengan oksigen generator,” imbuhnya.
Arya mengimbau agar masyarakat tidak lalai, meskipun kasus terus menurun, karena virus ini tidak hilang dan akan bermutasi seperti varian Delta dan Omicron. ”Penerapan prokes Covid-19 merupakan upaya pemenuhan prinsip-prinsip endemi yaitu kekebalan kelompok dan vaksinasi Booster, sehingga kita betul-betul masuk ke new normal tanpa ada risiko lonjakan kasus lagi,” pungkasnya. (118)