
Denpasar, DenPost.id
Kian membaiknya perekonomian di Bali pascapandemi covid-19, semakin meningkat pula keperluan warga akan BBM. Untuk itu Pertamina, dengan segala upaya dan daya, menjamin bahwa persediaan BBM sangat mencukupi, sehingga warga tak perlu khawatir bakal kehabisan.
Sales Area Manager Retail Bali Pertamina Patra Niaga, Ferry Pasalini, Jumat (22/4/2022), mengungkapkan bahwa pihaknya mempersiapkan satgas untuk mengantisipasi kelangkaan BBM dan elpiji, terutama terkait meningkatnya kunjungan wisman maupun wisdom ke Bali. ‘’Jika ada masalah atau warga kekurangan BBM dan elpiji, bisa kontak call center 135 milik Pertamina,’’ tegasnya.
Ferry menambahkan bahwa konsumsi BBM merupakan indikator perekonomian di Bali. Hal itu ditandai dengan meningkatnya penyaluran BBM akhir-akhir ini dengan banyaknya kendaraan yang lalu-lalang, sehingga mengakibatkan kemacetan di beberapa tempat. Kondisi tersebut jauh beda dengan saat pandemi covid-19 melanda Bali. Ketika itu, jalanan lengang sehingga permintaan akan BBM sangat sedikit. Pertamina mencatat penjualan sempat turun 30 % sampai 40 % pada Maret 2020. Sedangkan sekarang, permintaan BBM hampir normal. Khusus gasoil cuma tinggal 1 persen menuju normal. Begitu juga gasoline meningkat sangat signifikan. ‘’Sudah mendekati normal,’’ tegas Ferry.
Dia mengungkapkan sejak naiknya harga pertamax dari Rp 9.000 menjadi Rp 12.500, banyak warga yang beralih ke pertalite. Saat itu memang sempat ada gejolak, lantaran permintaan akan pertlite sangat besar. ‘’Konsumen yang sebelumnya memakai pertamax kemudian beralih ke pertalite, sehingga konsumsi pertalite meningkat, sedangkan pertamax turun,’’ tegas Ferry.
Akibat pergeseran itu, ada beberapa SPBU yang sempat kehabisan pertalite, sehingga BBM dibilang langka. ‘’Memang sempat kosong sementara, tapi bukan langka. Ini terjadi karena permintaan akan pertalite meningkat tajam. Tapi segera disuplai paling keesokan harinya,’’ tambah dia.
Ditanya mengenai elpiji, Fery mengatakan juga meningkat signifikan. Epiji ini dibagi dua yakni subsidi (tabung melon 3 kg) dan nonsubsidi (tabung 5,5 kg ke atas). Menariknya, selama pandemi, permintaan akan elpiji 3 kg relatif stabil. Kalaupun ada penurunan tahun 2020 dan 2021, maksimum hanya 5 persen. ‘’Tapi sekarang mendekati normal,’’ bebernya.
Mengenai elpiji nonsubsidi, memang ada peningkatan, namun masih jauh dari normal. Kendati demikian, sejumlah hotel, restoran dan kafe, mulai memerlukan elpiji karena kunjungan wisatawan mulai terlihat.
Ferry berharap dengan adanya KTT G20 di Bai nanti, penjualan elpiji bisa meningkat. Karena itu, pihaknya mengantisipasi peningkatan penjualan elpiji nonsubsidi, tapi belum signifikan.
Tentang arus mudik, Ferry mengungkapkan bahwa Pertamina membuat tim Satgas Rafi (Ramadan dan Idul Fitri) dijalankan sejak 11 April sampai nanti pada 10 Mei. Satgas ini bertugas memonitor setiap hari mengenai stok BBM di penyalur dan antisipasi liburan lebaran. Dia juga menyebut bahwa Bali agak unik. Tandanya, sebagian warga mudik (tak terlalu banyak), tapi ada juga sebagian yang masuk yakni wisatawan. Pihaknya juga memantau bahwa hotel-hotel di Sanur sudah full booking. Ini artinya ada warga yang masuk dan keluar.
Pihaknya mengimbau agar masyarakat yang ekonominya lebih baik selalu menggunakan BBM yang nonsubsidi. Begitu juga elpiji, warga mesti memakai bright gas dibanding elpiji bersubsidi. ‘’Biarkanlah epliji bersubsidi untuk masyarakat kurang mampu atau yang paling membutuhkan,’’ tandas Ferry. (yad)