SELAMA dua tahun ini pariwisata Bali mengalami guncangan hebat akibat pandemi covid-19, padahal karena hampir 56 persen produk domestik regional bruto (PDRB) setempat tergantung dari pariwisata. Menurut Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun, pariwisata memang rentan terhadap isu bencana alam, keamanan, dan kesehatan. Namun Bali tak menyerah begitu saja. Seiring dengan waktu, Bali mampu menangani pandemi sehingga dinyatakan terbaik se-Indonesia. Pandemi melandai berkat gencarnya vaksinasi sesuai target Kemenkes dan WHO.
Tjok Bagus Pemayun menyebut vaksin dosis pertama mencapai 105 %, vaksin dosis kedua hampir 97 % dan dosis ketiga hampir 72 %. Capaian itu pula mampu menambah rasa percaya diri Bali untuk bersiap menerima wisatawan dari berbagai belahan dunia. Apalagi sudah ada dua kebijakan yang diperjuangkan Pemprov Bali sejak awal yakni bebas karantina dan visa on arrival (VOA), termasuk di dalamnya visa bebas kunjungan untuk ASEAN. Jumlah kunjungan ke Pulau Dewata setiap hari setelah penerbangan perdana dibuka pada 30 Februari 2022 hingga sekarang rata-rata 1.000-2.000 wisman. Sedangkan sebelum pandemi yakni tahun 2019 rata-rata 16 ribu/hari (6,3 juta setahun).
Kadispar Bali menyebut hal ini semacam seleksi alam sehingga Bali bakal menjadi destinasi berkualitas, karena orang-orang yang datang memang berduit. ‘’Kalau tak berduit susah lho, karena wisatawan memerlukan tes PCR dan sebagianya, termasuk biaya penerbangan,’’ tegasnya.
Tjok Bagus Pemayun menambahkan Bali masih termasuk destinasi paling favorit di dunia walau dua tahun dilanda pandemi. Dengan dua kebijakan dari pemerintah pusat pula, kunjungan wisman ke Pulau Dewata terus mengalir. Di samping vaksinasi, Bali mempersiapkan sertifikasi untuk industri pariwisata seperti hotel, restoran maupun daya tarik wisata (DTW), berupa cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan) atau CHSE. Sekitar 1.400 industri pariwisata di Bali telah terverifikasi CHSE. Hal ini sebagai program tatanan kehidupan era baru.
Dengan sertifikasi CHSE, tambah Tjok Bagus Pemayun, rasa percaya diri Bali makin kuat. Walau demikian, ternyata masih ada beberapa negara yang punya kebijakan belum mau membebaskan warganya ke luar negeri seperti Tiongkok. ‘’Mereka masih memproteksi warganya. Kalau ada warga setempat balik ke negarinya, maka harus menjalani karantina selama dua puluh satu hari. Padahal dari pangsa pasar pariwisata Bali, Tiongkok nomor dua setelah Australia,’’ bebernya.
Kadisparda juga menyebut Gubernur Bali Wayan Koster optimistis bahwa pariwisata Bali terus bertumbuh seirama dengan kepercayaan dunia mengenai penerapan prokes dan keberhasilan vaksinasi di Pulau Dewata. Selain itu even nasional maupun internasional dilaksanakan di Bali. Khusus untuk nasional, sebagian besar kementerian dan lembaga di pusat mengadakan pertemuan di Bali. Sesuai arahan Presiden Jokowi, semua kegiatan pemerintahan diadakan di Bali untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi setempat. ‘’Kalau kita lihat, pertumbuhan ekonomi Bali akhir tahun 2020 masih -9,31%, kemudian tahun 2021 juga masih -2,48%, sedangkan provinsi lain tumbuh lebih baik,’’ ungkapnya.
Mengenai jumlah penerbangan ke Bali, Tjok Bagus Pemayun mengungkapkan sekarang ada 15 maskapai. Namun hal itu dianggap kurang karena banyak sekali negara lain di luar VOA ingin berwisata ke Bali. Hal inilah akan dikomunikasikan dengan perusahaan penerbangan, sehingga jumlah penerbangan lebih banyak. Selain itu dia mengusulkan tambahan VOA, yang sekarang 60 negara, menjadi lebih banyak lagi.
Tjok Bagus mengungkapkan insan pariwisata Bali tetap optimis. Terlebih masih banyak turis yang ingin datang, mengingat Pulau Dewata masih menyandang destinasi terbaik dan teraman di dunia. Untuk itu dia menyarankan agar Bali jangan terlena dengan euphoria dengan situasi sekarang, namun harus tetap disiplin menerapkan prokes sesuai saran pemerintah. Tatanan pariwisata dalam kehidupan baru sekarang berbeda dengan terdahulu. Untuk ke depan, wisatawan pasti menghendaki kondisi yang sehat, nyaman dan nyaman di Bali. Dengan demikian akan lebih banyak turis yang menghendaki ruang terbuka hijau ketimbang ruang tertutup.
Ditanya mengenai kesiapan pasilitas pariwsata Bali setelah dua tahun tidak aktif, Tkok Bagus menyebut bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan komponen pariwisata. Menurutnya, memang ada beberapa hotel tutup atau tak terawat, namun dia yakin komponen dan DTW sudah siap menerima kunjungan wisman maupun wisdom. Walau tutup, beberapa hal seperti kebersihan dan keindahan tetap dijaga. ‘’Kuta, Ubud, dan Nusa Dua, sudah berdenyut,’’ tegasnya.
Dia mengungkapkan wisdom tetap menjadi andalan Bali, karena mampu mem-back-up kunjungan wisman. Walau ada yang mengatakan wisman belum normal, kekuatan wisdom tetap besar, namun harus ditambah dengan penerbangan akhir pekan seperti Jumat, Sabtu, dan Minggu. Bahkan Garuda rata-rata menambah 3.000 seat (tempat duduk) setiap hari untuk melayani penerbangan ke Bali dari seluruh Indonesia. Hasil survei Garuda, wisdom memang lebih memilih Bali, sedangkan berikutnya adalah Singapura. (yad)