Bangli, DENPOST.id
Angka kasus rabies di Kabupaten Bangli rupanya masih tinggi. Bahkan jumlah kasus serta sebaran titik lokasi per desa tahun ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hingga 14 Mei 2022, ditemukan kasus rabies di 33 desa di Bangli. Padahal tahun 2019 silam, jumlah desa yang ditemukan kasus rabies hanya 18 desa. Sementara kasus gigitan pada manusia tahun 2021 lalu mencapai 102 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, dr. Nyoman Arsana, mengungkapkan, dari Januari hingga pertengahan Mei ini kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) pada manusia di Bangli mencapai 1.093 kasus. “Semua pasien atau korban gigitan baik yang sedang maupun berisiko tinggi sudah mendapatkan VAR (vaksin antirabies) dan serum antirabies (SAR). Yang SAR untuk yang berisiko tinggi. Dan, semua sudah aman tertangani,” jelasnya, Senin (23/5/2022).
Menurut Arsana, korban gigitan kali ini didominasi anak-anak usia di atas 5 tahun. Ada pula yang usia 70 tahun. Kasus gigitan berisiko tinggi yang dimaksud adalah berada di areal atas yakni leher atau wajah yang mendekati otak.
Dirinci Arsana, 33 titik lokasi ditemukan kasus rabies tersebut tersebar di empat kecamatan yakni Kecamatan Bangli 10 kasus (10 desa), Kecamatan Tembuku 8 kasus, Kecamatan Susut 11 kasus, Kecamatan Kintamani 14 kasus.
Sementara untuk ketersediaan VAR di Kabupaten Bangli diklaim masih aman. Di mana untuk di Dinas Kesehatan masih ada 110 vial. Sedangkan di masing-masing unit pelayanan kesehatan ada 20 vial. Dan pada Selasa (24/5/2022) akan datang 500 vial lagi. ”Ada 13 unit pelayanan kesehatan di Bangli, seperti puskesmas dan satu RSUD,” sebutnya.
Namun untuk ketersediaan SAR, mantan Direktur RSUD Bangli ini memgakui tidak ada stok di kabupaten. Sebab, kata dia, ketersediaan SAR hanya ada di Kemenkes dan pengamprahannya melalui Dinas Kesehatan Provinsi Bali. “Kita ada grup yang langsung terhubung dengan provinsi dan pusat. Jadi ketika ada kasus baik tinggi mau beresiko tinggi, pusat sudah langsung tahu. Untuk permintaan SAR langsung kami lakukan saat itu juga melalui provinsi. Dan hari itu juga bisa diberikan pada pasien. Kecuali kejadiannya malam hari, penyuntikan SAR bisa dilakukan besok paginya. Jadi tidak ada stok di daerah, karena penggunaannya selektif,” bebernya.
Pihaknya menekankan bagi warga yang tergigit anjing tidak perlu panik, meskipun itu anjing liar. Begitu tergigit, diharapkan langsung mencuci di air mengalir dengan sabun atau deterjen sejenisnya selama 10 hingga 15 menit. Setelahnya segera ke unit pelayanan kesehatan terdekat untuk mencari vaksin. (128)