
Negara, DENPOST.id
Sejak pandemi, banyak warga di Jembrana yang menjadi peternak khususnya peternak babi.
Selain sebagai pelarian dari warga yang terdampak Covid-19, usaha sampingan, ada juga yang menjadi usaha baru yang diharapkan memberikan peluang bisnis. Apalagi harga daging babi hidup kini mencapai rata-rata Rp 40 ribu per kg.
Namun, di tengah tingginya semangat warga menjadi peternak, penyakit mulut dan kuku (PMK) justru datang mengancam. Terlebih menjelang Hari Raya Galungan, di mana permintaan akan daging babi semakin meningkat. Peternak mulai waswas dengan munculnya penyakit ini karena bisa menjangkiti hewan ternaknya. Mereka juga khawatir merugi karena tidak bisa menjual ternaknya.
Untuk mencegah penyebaran PMK, para peternak mulai rutin membersihkan kandang juga menggencarkan penyemprotan disinfektan. Selain tetap memperhatikan pakan babi yang berkualitas.
Salah seorang peternak dari Banjar Sumbersari, Desa Melaya, I Komang Latra Jana, Kamis (2/6/2022) mengatakan, untuk mencegah penyakit dia rutin menyemprotkan disinfektan di kandang. Selain itu, untuk pengelolaan limbah dia membuat septic tank. “Masing-masing kandang saya buatkan septic tank. Saya punya 4 los penampungan babi. Sekarang lagi terisi 3 ekor indukan dan 13 babi usia 2 bulan. Jadi sejumlah itu saya buatkan septic tank karena ini untuk mencegah bau dan lalat, juga menghindari penyakit,” jelasnya didampingi Pengawas Bupda Desa Adat Sumbersari, I Ketut Subanda Birangga.
Jika ada babi sakit, Latra mengaku segera memanggil dokter, sehingga secepatnya mendapat obat-obatan.
Untuk menghasilkan babi yang berkualitas dengan pertumbuhan yang baik, pihaknya sangat memperhatikan pakan babi.
“Usaha ini harus fokus dan tekun. Jika dipelihara dengan baik, 4 bulan sudah panen dan bisa mencapai berat 1 kwintal,” jelasnya.
Menurut Subanda Birangga yang juga Bendesa Adat Sumbersari, Bupda (badan usaha milik desa adat) Sumbersari kini sedang mengembangkan unit usaha peternakan babi dengan jumlah 13 peternak.
Para anggota peternak diberikan pendampingan dan modal usaha. “Kami dampingi mulai dari awal usaha hingga penjualan.
Untuk mencegah penyakit juga ada pendampingan dari tim bupda. Pakan juga kami sediakan. Nanti itu semua diakumulasikan. Pendampingan agar usaha menghasilkan dengan maksimal juga tetap kami lakukan,” paparnya.
Demikian juga peternak yang merugi juga diatur dalam perarem. Jika rugi karena wabah penyakit, Bupda akan memberikan subsidi. Namun jika karena kelalaian dari peternak, itu menjadi tanggung jawab peternak.
Subanda berharap para peternak dibawah Bupda Desa Adat Sumbersari bisa sukses. Meski wabah PMK tetap menjadi ancaman. Diharapkan pasar lokal masih menjanjikan. “Rencana awal memang mau dikirim ke Jawa dan kami sudah cari relasi. Tapi situasi sulit seperti sekarang ini. Jadi kita menyasar pasar lokal. Kami juga berharap pihak terkait melakukan antisipasi untuk pencegahan agar ternak dari luar Bali tidak membawa wabah ke Bali,” pungkasnya. (120)