
Jimbaran, DenPost.id
Keseriusan Gubernur Bali Wayan Koster mewujudkan 70 ribu hektar sawah dan 154 ribu hektar perkebunan di Pulau Bali yang mencapai organik mendapat aplaus (tepuk tangan) dari delegasi ‘’Global Forum On Digital Agriculture Transformation In Accelerating Women and Youth Entrepreneurship’’ dalam rangkaian pertemuan ‘’Agriculture Working Group G20’’ pada Selasa (27/9/2022) di Jimbaran, Badung.
Gubernur Koster di hadapan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan puluhan anggota delegasi ‘’Agriculture Working Group G20’’ mengucapkan selamat datang di Bali yang merupakan Pulau Dewata yang dicintai bersama dengan memiliki kekayaan, keunikan, keunggulan adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal, yang menjadi fundamental kehidupan masyarakat Bali, termasuk di bidang pertanian. “Global Forum on Digital Agriculture Transformation in Accelerating Women and Youth Entrepreneurship merupakan kepercayaan kami di Provinsi Bali, sekaligus ikut mendorong pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali pascaterdampak pandemi covid–19,” ujar Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini.
Dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Bali pascaterdampak pandemi covid-19, mantan anggota DPR RI tiga periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini dengan tegas menyatakan Bali yang selama ini bergantung di sektor pariwisata, telah dievaluasi total untuk melakukan transformasi ekonomi melalui konsep Ekonomi Kerthi Bali dengan enam Pilar Perekonomian Bali yang menjadi sektor unggulan yakni 1) Sektor pertanian dalam arti luas dengan sistem pertanian organik; 2) Sektor kelautan dan perikanan; 3) Sektor industri manufaktur dan industri berbasis budaya branding Bali; 4) Sektor industri kecil-menengah (IKM), usaha mikro kecil-menengah (UMKM) dan koperasi; 5) Sektor ekonomi kreatif dan digital; 6) Sektor pariwisata yang berbasis budaya secara berkualitas dan bermartabat.
Khusus di sektor pertanian, Gubernur Koster dengan gagasannya tengah gencar menyelenggarakan sistem pertanian organik yang diatur dalam Perda Bali No.8 Tahun 2020, dengan mencapai hasil 70 ribu hektar sawah yang menerapkan sistem pertanian organik. Sampai Desember 2022, Gubernur Koster menargetkan 40 ribu hektar sawah di Pulau Dewata sudah organik. “Bali juga memiliki 200 ribu perkebunan yang menghasilkan buah–buahan dan sayur–sayuran, dimana 154 ribu hektarnya sudah organik,” beber mantan peneliti di Balitbang Depdikbud Republik Indonesia ini, yang mendapat aplaus para hadirin.
Untuk itu Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini menyatakan akan menuntaskan kekurangannya menuju organik tahun 2023. “Kami bertekad, Bali semuanya harus total menerapkan sistem pertanian organik menuju pulau organik agar menghasilkan pangan yang sehat, berkualitas, serta tidak menimbulkan polusi atau merusak lingkungan. Dengan demikian ekosistem alam di Bali akan terjaga dengan baik,” tambahnya.
Gubernur Koster sangat ingin mendapat masukan dari forum internasional ini untuk memajukan pertanian Bali agar menjadi pertanian modern sekaligus tangguh, hingga membuat Bali mampu berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari dalam bidang ekonomi dan memelihara budaya dengan kearifan lokal di bidang pertanian yang sangat terkenal seperti subak, serta tradisi pertanian lain yang menjadi warisan adiluhung leluhur di Bali.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak delegasi negara-negara G20 yang hadir dalam ‘’Forum on Digital Agriculture Transformation in Accelerating Women and Youth Entrepreneurship’’ ini membangun sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan, mempromosikan perdagangan yang adil dan transparan, serta mendorong kewirausahaan yang inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan taraf hidup petani di pedesaan di dalam mengatasi krisis pangan. (dwa)