
Dauh Puri Kaja, DENPOST.id
Komisi Film Bali (KFB) hadir sebagai wadah bagi penggiat film (sineas) di Bali. Bahkan, Pulau Bali menjadi lokasi favorit produksi film, baik itu dari production house (PH) nasional maupun Internasional, tetapi sineas Bali malah menjadi penonton bahkan tidak dilibatkan sama sekali.
“Padahal kemampuan sineas di Bali, tidak kalah dengan sineas dari luar. Namun, kita kurang mendapatkan kesempatan ikut berkecimpung langsung,” ungkap
Ketua Komisi Film Bali, I Gusti Made Aryadi, S.Sn., M.Sn., saat serangkain acara D’Youth Festival 2.0, di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) Lumintang, Denpasar, Sabtu (29/10/2022).
Terbentuk Komisi Film Bali sejak April 2022, lanjut Gus Ary—sapaan akrab Gusti Made Aryadi, berawal dari para filmmaker lokal Bali, bisa menjadi tuan rumah di rumah sendiri, membangun ekosistem perfilman yang baik dan mengangkat kebudayaan lokal Bali, sesuai pakem-pakem yang ada. “Kami juga serius membentuk SDM lokal untuk kemajuan perfilman di Bali. Di mana, ketika ada production house (PH) yang akan syuting di Bali, kami di Komisi Film Bali juga akan bertanggungjawab dan menjaga pakem yang ada di Bali. Sehingga dapat memonitoring atau memfilter semua hal yang tidak sesuai dengan adat budaya Bali,” ujar Gus Ary.
Diungkapkan Gus Ary, kekuatan perfilman di Indonesia, khususnya di Bali, yakni berbau kedaerahan. Kekuatan ini, lanjut dia seharusnya dapat ditonjolkan dalam setiap karya, karena itu modal yang sesungguhnya dalam membentuk jati diri perfilman nasional. “Bisa diangkat tema atau kejadian yang sudah biasa di Bali. Tema percintaan, seperti ritual mepamit bagi mempelai wanita, pria yang nyentana ke rumah wanita atau cinta beda kasta,” ucapnya.
Sementara Wakil Ketua Komisi Film Bali, Puja Astawa berharap orang-orang Bali dapat menciptakan film sendiri, dengan ciri khas sendiri sesuai dengan budaya di Bali. Pihaknya juga mengajak untuk bergerak dengan konsep kebersamaan supaya film dari karya sineas Bali, dapat diakui secara nasional maupun Internasional.
Anggota Komisi Film Bali, Dendy Darma menyatakan dengan adanya Komisi Film Bali dapat segera diterbitkan regulasi tentang perfilman di Bali. Pasalnya, selama ini banyak production house nasional bahkan Internasional, mencuri-curi kesempatan untuk melakukan produksi film di Bali, sehingga saat produksi sudah selesai dan ada beberapa adegan yang tidak sesuai dengan pakem-pakem di Bali, pihaknya tidak bisa memberikan masukan yang benar. (112)