
Negara, DENPOST.id
Banjir bandang yang menerjang Sungai Biluk Poh, membuat warga di bantaran sungai, baik di Lingkungan Biluk Poh Kangin, Kelurahan Tegalcangkring, dan Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, menjadi korban.
Trauma masih tampak di wajah mereka. Banyak rumah yang mereka tempati puluhan tahun hancur. Ada pula bedah rumah yang didapatkan juga tinggal kloset.
Seperti yang dialami Wayan Minta yang istrinya sakit lumpuh sudah tiga kali menjadi korban banjir bandang. Kini, mereka harus mengungsi mandiri. Yang menyedihkan, Kakek Ketut Sutengsu dari Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, yang selama ini sakit parah dan luka di dadanya.
Selama ini, Sutengsu tinggal di rumah berdinding bedek dan sudah compang-camping bersama istrinya. Baru saja mereka punya harapan memiliki rumah yang lebih layak dan mendapatkan bedah rumah dari pemerintah, namun kini sudah hancur dihantam banjir bandang.
“Bedah rumahnya masih dalam proses pengerjaan dan tinggal bikin atap. Tapi sekarang sudah hancur. Rumah lama dari bedek juga sudah rusak. Jadi tidak punya rumah lagi,” kata Sutengsu yang ditemui di tempat mengungsinya di rumah menantunya di Tegalcangkring, Sabtu (29/10/2022).
Menurut dia, sampai saat ini mereka belum menengok rumahnya karena kondisi sakit. Kondisi Sutengsu sangat lemah dan luka di dadanya menghitam.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra, Minggu (30/10/2022) mengatakan status keadaan darurat pascabencana banjir bandang hingga 31 Desember 2022. Dikatakan dia, status keadaan darurat ini diperpanjang karena penanganan bencana alam di Jembrana, belum selesai. “Pencabutan status darurat kita lihat kondisi di lapangan,” tandasnya. (120)