PUNCAK KTT G20 di Nusa Dua, Kuta Selatan (Kutsel, Badung, pada 15 dan 16 November mendatang, membuat sibuk berbagai pihak, termasuk kalangan rumah sakit (RS). Salah satu fasilitas kesehatan (faskes) yang menjadi rujukan bagi even internasional itu adalah Rumah Sakit Umum Bali Mandara (RSBM) di Jl.By-pass Ngurah Rai, Sanur Kauh, Densel.
Menurut Plt.Dirut RSBM dr.Ketut Suarjaya, sejatinya di Bali telah terbiasa diselenggarakan berbagai kegiatan akbar nasional maupun internasional. Namun untuk kali ini, even sangat istimewa, apalagi melibatkan negara-negara besar yang tergabung dalam G20, pihaknya tentu membuat persiapan yang lebih matang. Guna mencegah munculnya penyakit dalam even ini, maka pihak RS menyiapkan surveilans (pengamatan yang sistematis dan terus-menerus terhadap data serta informasi tentang penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi peningkatan dan penularan penyakit), pencegahan dini (prokes), serta tim yang menangani di lapangan. ‘’Bahkan di lapangan kami menyiapkan tim ambulans, ICU dengan anggota sangat lengkap seperti dokter ahli jantung, anestisi dan bedah, serta perawat,’’ tambah mantan Kadiskes Bali ini.
Khusus untuk di lungkungan RS, pihaknya meyiapkan ruang rawat inap, ICU dan IGD. Hal ini sesuai petunjuk tim dari Menkes dan Setneg bahwa untuk menerima jika suatu-waktu ada kasus penyakit, maka IGD siap menerimanya. Terlebih khusus lagi, RSBM mendesain ruang rawat inap da memblokir khusus untuk KTT G20. Tak hanya itu. Para petugas RS tak boleh libur selama puncak KTT G20 dan harus siaga penuh. Bahkan di venue dan bandara, tim mesti siaga selama 7 X 24 jam di sana.
Suarjaya mengungkapkan bahwa even akbar KTT G20 ini merupakan pertaruhan bagi kalangan medis di beberapa RS di Bali untuk menunjukkan kemampuan maksimal menangani kesehatan. Apalagi Bali saat ini mempersiapkan diri untuk menjadi pulau yang menerapkan medical tourism (perjalanan seseorang ke luar negeri untuk perawatan kesehatan). Sebaliknya, jika kita tak mampu berperan dalam kegiatan ini tentu nama baik kita untuk medical tourism tak akan tercapai.
Di bagian lain, dengan kolaborasi yang baik, pihaknya yakin jika Bali khususnya, dan Indonesia, pada umumnya, sukses menggelar even internasional. Tak hanya itu, dari segi kesehatan, KTT G20 merupakan peluang sangat besar bahwa tenaga medis di Bali mampu berperan dalam kegiatan akbar. ‘’Mudah-mudahan KTT ini berjalan aman danlancar, sehingga akan membangkitkan optimisme kami di bidang kesehatan. Dampaknya tentu memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat kita,’’ tambah Suarjaya.
Mengenai layanan masyarakat umum di RSBM selama KTT G20, dia mengungkapkan tetap berjalan seperti biasa. Artinya, jika ada warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan pasti tetap dilayani petugas medis alias tanpa membedakan layanan. ‘’Walau harus siaga dalam upaya kesehatan even G20, kami tak mengurangi perhatian bagi masyarakat yang ingin berobat di RSBM, maupun RS lain yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan KTT G20,’’ tandasnya. (yad)