
Denpasar, DENPOST.id
Pesta UMKM “Apa Kabar Kita” yang digelar di Denpasar ditutup dengan maklumat bersama masyarakat sipil, Minggu (20/11/2022) malam, di Istana Taman Jepun, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar.
Komunike ini juga merupakan sikap bersama penggagas Pesta UMKM “Apa Kabar Kita”. Terdiri dari Walhi Bali, Frontier, Yayasan IDEP,TEMANMU, Yayasan Madani berkelanjutan, Yayasan Huma, Pikul dan debtWATCH Indonesia.
Juru Bicara debtWATCH Indonesia, Arimbi Heraputri, mengatakan, komunike ini merupakan rumusan bersama kelompok masyarakat sipil dan seniman yang mengambil bagian dalam “Apa Kabar Kita”. “Dari obrolan selama acara kemudian melahirkan rumusan komunike sebagai maklumat bersama masyarakat sipil, warga dan seniman yang terlibat,” katanya, Senin (21/11/2022).
Menurut Arimbi, ada tujuh poin komunike yang dihasilkan, yaitu pertama mendorong adanya kemandirian warga negara Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan dan energinya sendiri, tanpa didikte oleh kekuatan luar negeri. Kedua, mendorong negara untuk melindungi dan mendukung inisiatif-inisiatif untuk perlindungan lingkungan hidup, pemenuhan kebutuhan pangan dan energinya sendiri. Ketiga, kepada masyarakat umum agar bersedia membuka ruang dialog antarwarga secara berkala. Keempat, mendorong pemerintah menjamin kehadiran ruang dialog, baik yang diinisiasi warga maupun pemerintah agar partisipasi yang luas yang bebas dari tekanan dan intimidasi. Kelima, mengadopsi kearifan tradisional dalam pengelolaan lingkungan. Keenam, agar pemerintah menghormati warga atau rakyat sebagai tuan rumah di tanahnya, serta menjadikan warga sebagai mitra kerja perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan. Ketujuh, mendorong adanya pemerintah yang bersih dan akuntabel.
Arimbi mengatakan, lahirnya poin-poin ini tidak lepas dari situasi sosial yang dihadapi masyarakat. Mulai dari tantangan ekonomi global akibat pandemi, ketergantungan pada produk pangan impor, ancaman terhadap lingkungan akibat eksploitasi berlebihan, tersingkirnya kearifan lokal sampai terganggunya relasi manusia dengan alam akibat pembangunan infrastruktur yang cenderung destruktif pada alam. “Kondisi kita tidak sedang baik–baik saja, solusinya adalah mandiri, swadaya dan saling bersolidaritas. Apa yang kita lihat selama pandemi adalah warga punya daya sendiri untuk survive dan beradaptasi dengan kondisi yang ada,” ucapnya.
Sementara itu, penggiat lingkungan dari Yayasan Pikul Pantoro, Tri Kuswardono, mengatakan, dari perbincangan pengalaman kondisi warga bisa baik-baik saja atau bahkan lebih baik jika saling peduli, bersolidaritas dan bangun agenda bersama. “Saling bantu dengan bahagia. Dan, kita akan terus bahagia dan dilindungi alam asal kreativitas tak dilucuti berbagai aturan,” ucap pria yang akrab disapa Tory ini. (a/124)