
Negara, DENPOST.id
Pandemi Covid-19 berdampak sangat luas di segala lini. Demikian juga dengan objek wisata wahana air yang ada di Teluk Gilimanuk, terpaksa tutup sejak pandemi dan hingga saat ini.
Sejatinya objek wisata Teluk Gilimanuk merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Berwisata ke Gilimanuk sebelumnya menyenangkan, karena ada berbagai atraksi wisata yang dapat dinikmati. Sebut saja, Mangrove Tour dan Watersport Aqua Dreamland. Kedua atraksi wisata ini menjadi bagian dari sekitar 9 atraksi wisata yang ada di sana.
Wahana taman bermain di atas air yang berbentuk portable atau dapat dipindah-pindah itu, sudah mulai beroperasi sejak tahun 2019. Wahana ini merupakan peralatan dari salah satu penyedia wahana taman bermain di atas air terkemuka di dunia yakni Wibit. Selain aman, semua paralatan taman ini menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan aman. Anak-anak dan para remaja menyukai wahana permainan ini.
Namun sejak pandemi Covid-19, objek wisata ini mulai sepi pengunjung dan jarang ada yang bermain watersport.
Dari pengamatan Selasa (10/1/2023), aset-aset milik pengelola wisata wahana air/Aqua Dreamland juga sudah tidak ada. Semua sudah dibongkar. Yang tersisa hanya ada bangunan tempat pembelian tiket. Itu juga sudah tidak terawat.
Areal permainan di Patung Siwa juga sudah dibongkar. “Sepi pengunjung dan sudah lama pindah,” kata salah seorang pedagang kopi, ibu Atun.
Jika sebelumnya warga lokal dan pengunjung yang ingin masuk ke areal Water Bee/ Teluk Gilimanuk harus membayar tiket Rp 50 ribu namun kini sudah bebas keluar masuk.
Kadis Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jembrana, Anak Agung Komang Sapta Negara, didampingi Kabid Pariwisata Komang Hendra, saat dimintai konfirmasi membenarkan kalau pihak ketiga sudah tidak beroperasi lagi di Water Bee Teluk Gilimanuk.
“Dulu memang yang punya pihak ketiga. Semua aset milik mereka. Karena Covid-19 mereka kesulitan dan tidak memperpanjang sewa di sana. Sekarang pengelolaan Teluk Gilimanuk kembali ke dinas. Waktu dengan Wibit memang dikemas untuk objek wisata berbayar,” jelas Komang Hendra.
Kini masyarakat dan pengunjung dibebaskan untuk masuk ke areal Teluk Gilimanuk dan diharapkan menjaga kebersihan. “Masyarakat/pengunjung bisa menyewa jukung untuk berkeliling teluk dan melihat mangrove. Atau bisa menghubungi pokmas untuk menyelam,” katanya.
Menurutnya kini dinas hanya melakukan pemeliharaan dengan luas areal 5 hektar. “Untuk pemeliharaan saja kami masih kewalahan. Nanti kami akan kaji apa yang bisa dikembangkan di sana dan berbasis kerakyatan,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan PAD, pihaknya juga masih melakukan kajian. Kira-kira apa yang bisa dikembangkan. “Mungkin nanti angkringan dan UMKM. Ya intinya pemberdayaan masyarakat. Kecuali ada investor yang kerjasama dan sesuai itu kebijakan bupati,” pungkasnya.
(120)