BANYAK orang pintar dan banyak juga orang hebat, tetapi kehebatan dan kepintaran seseorang biasanya tidak semua diperlukan masyarakat. Masing-masing orang, masing-masing kelompok masyarakat, memerlukan jenis pengetahuan dan keterampilan yang berbeda. Menyadari beragamnya pengetahuan dan keterampilan di lingkungan teman-temannya, Gede Sinu Pradnyana akhirnya membuat perkumpulan yang diberi nama Bali Rare Paduraksa. Perkumpulan ini mempertemukan dan menyatukan orang-orang dari berbagai jenis bidang keahlian dan keterampilan, yang tak mengikat tetapi diikat oleh tujuan bersama menjaga dan melestarikan alam, lingkungan dan budaya Bali.
“Kita memerlukan langkah bersama yang sungguh-sungguh dan konsisten. Tak ada masalah yang bisa diselesaikan seorang diri, seberapa pun hebatnya orang itu. Dengan bersama, kita pasti bisa menyelesaikan masalah,” kata Ketua Perkumpulan Bali Rare Paduraksa ini, optimis.
Gede Sleeper — begitu dia kerap dipanggil — bersama teman-temannya memulai gebrakan saat awal pandemi tahun 2019. Bersama Bali Rare Paduraksa, dia menyalurkan bantuan berupa cairan pembersih tangan organik bagi masyarakat. Sleeper dan timnya juga secara gigih dan konsisten mengajari masyarakat untuk membuat ecoenzim yang bisa berfungsi sebagai pembersih, pupuk, sekaligus pestisida. “Menyumbang, memberi bantuan hanya pancingan yang bersifat sementara. Yang terpenting, masyarakat teredukasi dan pada akhirnya bisa membuat sendiri karena memahami kegunaannya, ” jelas Sleeper.
Sebelumnya pria yang pernah bekerja di Thailand ini bersama timnya mengajak dan mengajari masyarakat untuk memungut, memilah sampah oraganik dan anorganik, juga diolah menjadi barang yang berguna seperti yang pertama kali mereka lakukan saat upacara pangurip gumi di Pura Batukaru, Penebel, Tabanan, beberapa tahun lalu. “Kegiatan saat itu terbilang sukses. Banyak yang berminat tetapi yang perlu diingat, jangan serahkan sampah kepada kami. Sampah harus ditangani oleh masyarakat penghasil sampah. Kami hanya memberi contoh dan mengajari cara menangani sampah, termasuk membantu menyediakan teknologinya bila diperlukan, ” kata suami Putu Wulantari ini, sambil tersenyum.
Dia juga bercerita mengenai semangat masyarakat, dan pengempon pura untuk meminta dia dan kumpulannya untuk menangani sampah saat odalan di pura. ‘’Mungkin sekali-kali kami bisa membantu,, tetapi masalah sampat harus ditangani oleh masyarakat di lingkungan masing-masing. Jangan serahkan sampah kepada orang lain, harus bisa ditangani oleh orang-orang di lingkungan itu sendiri. Dibuatkan manajemen pengelolaan, sehingga bisa menjadi bisnis yang menguntungkan bagi wilayah itu,” tambah Sleeper.
Pria yang kuliah di bidang travel Universitas Dyana Pura, Badung, ini mengungkapkan bahwa di kelompoknya terkumpul orang-orang yang ahli dan berpengalaman di bidang pertanian, permesinan, persampahan dan pengolahan, maupun bioenergi, yang memiliki idealisme tinggi untuk Bali, Indonesia, dan alam semesta. “Kami siap membantu yang memang mau bersungguh-sungguh belajar dan konsisten menangani masalah lingkungan,” jelas pemilik Heion Internet and Games Stasion ini. (ita)