Penghasil Arak dan Sektor Pariwisata Dukung Hari Arak Bali

arakku
DUKUNG HARI ARAK - Salah satu desa di Karangasem memasang baliho untuk mendukung Hari Arak Bali yang digagas Gubernur Bali Wayan Koster setiap 29 Januari. ( DenPost.id/ist )

Karangasem, DenPost.id

Perjuangan Gubernur Bali Wayan Koster terhadap minuman arak tradisional loka Bali merupakan representasi bahwa Gubernur Koster adalah pemimpin yang memperhatikan nasib petani dan perajin arak bali. Perbekel Talibeng, Kecamatan Sidemen, Karangasem, I Ketut Mudiasa, menyatakan hal itu Jumat (27/1/2023).

Dia bersama warga setempat mendukung penuh peringatan Hari Arak Bali pada 29 Januari ini. Sebagai bukti dukungan tersebut, pihaknya memasang baliho dengan memberikan pesan melalui Hari Arak Bali. ‘’Kita tingkatkan kesadaran kolektif untuk mengangkat nilai dan harkat arak bali dengan ajakan arak bali untuk kesehatan, bukan untuk mabuk,” ungkap Mudiasa, sambil menambahkan bahwa di Desa Talibeng ada 183 KK yang menggantungkan perekonomian mereka dari arak bali.

Dukungan juga disampaikan Perbekel Telagatawang, Sidemen, Karangasem, I Komang Muja Arsana, S.Pd. “Kami mendukung peringatan Hari Arak Bali pada 29 Januari yang digagas oleh Gubernur Bali Bapak Wayan Koster sebagai ajang untuk melestarikan warisan budaya Bali yang masuk menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTI), sekaligus mendorong peningkatan kesejahteraan petani dan perajin arak,” tegasnya.

Atas nama Perbekel Telagatawang dan mewakili warga di Desa Telagatawang, yang  juga ada warganya sebagai petani dan perajin arak tradisional Bali sebanyak 323 petani arak, mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan mengapresiasi setinggi-tingginya perjuangan Gubernur Koster yang terus memberikan keberpihakan terhadap petani dan perajin arak bali. Terlebih dengan dikeluarkannya Pergub No.1 Tahun 2020 yang secara nyata memberikan perlindungan bagi petani arak, sehingga kini bisa secara nyaman memasarkan produk arak mereka.  “Dengan adanya peringatan Hari Arak Bali yang diperingati setiap 29 Januari, tentu akan memberikan spirit bagi petani arak, sehingga untuk ke depan, arak bali lebih dikenal oleh dunia internasional, bahwa Bali memiliki produk minuman tradisional, khususnya arak tradisional Telagatawang,” tutupnya.

Baca juga :  Gunakan Dana Pribadi, Kawil Wanita Ini Bantu Warga Terdampak Covid-19

Di tempat terpisah, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung I Gusti Agung Rai Suryawijaya mengapresiasi langkah Gubernur Koster dalam melestarikan warisan budaya Bali, salah satunya arak bali. Apresiasi juga dikatakannya berdatangan dari wisatawan, baik wisatawan domestik (wisdom) maupun wisatawan mancanegara (wisman). Rai Suryawijaya juga mengungkapkan bahwa banyak hotel dan restoran yang sudah menggunakan arak bali, baik untuk welcome drink maupun cocktail, serta dirasakan oleh wisatawan.  “Rata-rata wisatawan sangat menyukai, karena arak bali memang mempunyai kualitas yang bagus , bahkan tidak kalah dengan minuman fermentasi terkenal dari negara lain,” jelasnya.

Baca juga :  321 Nakes Karangasem Ikuti Vaksin Anticovid-19

Kebijakan tersebut juga memberikan dampak langsung bagi produsen arak bali. ‘’Kami sudah mensurvei secara langsung, dan rata-rata mereka mengatakan bahwa pendapatan mereka meningkat sejak hotel, restoran, dan atraksi wisata, menghadirkan arak bali kepada wisatawan,’’ tegas Rai Suryawijaya.

Untuk itulah sektor pariwisata di Bali kini memiliki dukungan dari sektor lain, salah satunya sektor UMKM/IKM, dan petani mendapat manfaat pemerataan ekonomi.

Lebih lanjut Rai Suryawijaya mengungkapkan para pelaku sektor pariwisata termasuk hotel-hotel bintang lima sangat bangga bisa menghadirkan arak bali kepada wisatawan, termasuk komoditas lokal lainnya. “Ini kebijakan yang sangat bagus dan perlu mendapat apresiasi. Ini langkah nyata pemerintah dalam menyelamatkan dan melestarikan warisan leluhur,” imbuhnya.

Menurut Rai Suryawijaya, dulu arak bali terpinggirkan, namun sekarang mendapat kedudukan terhormat berkat perjuangan Gubernur Koster hingga arak bali ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.

Baca juga :  Dua WN AS Akhirnya Dideportasi

Ketua PHRI Badung berharap untuk ke depan, program ini terus berlanjut dalam upaya memperkenalkan kebudayaan-kebudayaan Bali kepada masyarakat internasional. Rai Suryawijaya pun berharap bagi para produsen arak supaya tetap menjaga kualitas, jangan sampai ada arak oplosan yang beredar. Jika kualitas tidak bagus, juga bisa merusak citra arak tersebut yang mulai digandrungi wisatawan. Para pemangku pariwisata juga dikatakannya akan terus berupaya mempromosikan arak bali hingga di segala sektor pariwisata. “Kami juga akan membuat story teling kepada wisatawan tentang pembuatan arak bali yang masih menggunakan metode tradisional, bukan modern sehingga bisa menghasilkan arak berkualitas,” jelasnya.

Mengenai Hari Arak Bali yang dirayakan pada Minggu (29/1/2023), Rai Suryawijaya mengatakan sektor pariwisata mendukung kebijakan ini, karena sekaligus akan memberi dampak dengan pariwisata Bali yang sempat terpuruk selama dua tahun. “Kami mendukung Hari Arak Bali, karena tujuannya bukan untuk mabuk-mabukan atau sejenisnya, namun merupakan salah satu penghormatan kita kepada leluhur,” tandasnya. (dwa)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini