
Denpasar, DenPost.id
Wakil Gubernur (Wagub) Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) menjadi salah satu pembicara, mewakili Gubernur Bali Wayan Koster, dalam 7th Dharma Dhamma Conference (DDC) di Kushabhau Thakre International Convention Center (Minto Hall), Bhopal, Madhya Pradesh, India, pada Jumat (3/3/2023) dan Sabtu (4/3/2023). Demikian siaran pers Pemprov Bali yang diterima DenPost.id di Denpasar.
Dalam forum yang mengangkat tema ‘’Eastern Humanism for the New Era (Humanisme Timur untuk Dunia Baru)’’ ini, Wagub Cok Ace memperkenalkan nilai-nilai Sad Kerti dari Bali. Dalam pidatonya yang bertajuk “Sad Kerti Loka Bali, from Bali for Global Harmony”, Cok Ace mengatakan bahwa visi pembangunan Bali “Nangun Sat Kerti Loka Bali” digali dari salah satu teks kesusasteraan yakni Purana Bali. “Dalam teks ini dinyatakan bahwa seorang pemimpin dan rakyat harus mampu mewujudkan Sad Kerti atau enam sumber kesejahteraan. Keenamnya yakni Atma Kerti, Jana Kerti, Jagat Kerti, Wana Kerti, Samudera Kerti, dan Danu Kerti. Keenam aspek ini sesungguhnya merupakan implementasi nyata Tri Hita Karana (THK) dalam konteks pembangunan dengan mengedepankan aspek religius, sosial budaya, dan lingkungan secara holistik,” jelasnya pada acara yang dihadiri anggota delegasi dari berbagai negara itu.
Lebih lanjut Wagub Cok Ace menyebut Sad Kerti sebagai kebijaksanaan leluhur Bali yang merupakan modal sosial-budaya dalam pembangunan berkelanjutan. Nangun Sat Kertih Loka Bali mencerminkan seluruh aspek humanisme masyarakat Bali dalam mewujudkan harmoni kehidupan melalui pengembangan kesadaran teologi, humanistis, dan ekologis sebagai satu-kesatuan yang utuh.
Di samping itu, tokoh Puri Ubud ini mengungkapkan bahwa masyarakat Bali dari dulu hingga sekarang selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam—lingkungan (THK). “Tri Hita Karana merupakan kristalisasi ajaran Hinduisme dan kearifan lokal Bali yang kemudian ditransformasi menjadi basis kebudayaan Bali. Nilai kebajikan ini menegaskan pandangan holisme masyarakat Bali dalam memahami realitas dunia dan kehidupan,” imbuh Cok Ace.
Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar ISI Denpasar ini juga mengatakan bahwa pembangunan yang hanya berorientasi pada kemajuan material tentu tidak sejalan dengan kebijaksanaan timur yang mengedepankan kesimbangan material dan spiritual. Selain itu pembangunan yang berorientasi material berpontensi menciptakan kondisi disharmoni pada berbagai aspek kehidupan. “Karena itu transformasi kebudayaan dalam pembangunan harus terus dilakukan dapat merajut serat budaya dan tata nilai baru yang selaras dengan harapan serta tujuan ideal masyarakat. Fenomena ini menjadi momentum refleksivitas untuk melihat kembali pembangunan pada dunia-dunia timur dengan kebijaksanaan kulturalnya masing-masing,” jelasnya.
Dengan kekuatan kultural ini, Cok Ace berpendapat bahwa masyarakat di dunia timur akan mampu mengikuti kecenderungan gerak pembangunan global yang mengarah pada sustainable development goals (SDGs). Perubahan mendasar dalam paradigma SDGs adalah prinsip “tidak seorang pun yang ditinggalkan” yakni kesetaraan antarnegara dan antarwarga negara yang mencakup empat pilar pembangunan yakni: pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan hidup; dan tata kelola pemerintahan. “Artinya eksemplar wacana ini menyajikan ruang bagi rekontekstualisasi dan revitalisasi kultur lokal sebagai modal dasar pembangunan. Pada hakikatnya, Nangun Sad Kertih Loka Bali juga dilandasi prinsip pembangunan holistik dan berkelanjutan sebagaimana empat pilar SDGs tersebut,” tutupnya.
DDC 2023 merupakan Konferensi Dharma tingkat dunia hasil kerjasama India Foundation dengan Fakultas Ilmu Agama Buddha dan Kajian India, Universita Sanchi. Konferensi ini bertujuan mempertemukan para pemimpin agama, pemimpin politik, dan pemikir, dari tradisi Dharma-Dhamma guna merancang pembangunan kerangka filosofi untuk tatanan dunia baru. Konferensi pada hari itu menghadirkan pembicara tokoh-tokoh dunia seperti Menteri Dalam Negeri dan Kebudayaan Bhutan Ugyen Dorji; Menteri Buddhasasana, Agama dan Kebudayaan Sri Lanka Vidura Wickramanayaka; Menteri Utama Daerah Arunachal Pradesh Pema Khandu, serta dibuka Presiden India Smt. Droupadi Murmu. (dwa)