Bangli, DENPOST.id
Tak seperti Denpasar dan Badung yang ramai peserta, peminat lomba ogoh-ogoh di Bangli justru sangat minim. Untuk di Kabupaten Bangli, tercatat hanya 31 peserta yang ikut dari empat kecamatan. Jumlah peserta yang terdaftar ikut lomba ogoh-ogoh di Bangli tahun ini jika dibandingkan tahun lalu memang mengalami peningkatan. Hanya saja, jika peserta lomba dibandingkan dengan jumlah desa adat di Bangli yang biasanya pada hari Raya Nyepi kerap membuat ogoh-ogoh, jumlahnya masih sangat kecil.
Kabid Kesenian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bangli, I Nyoman Wiradana, mengatakan, Disparbud Kabupaten Bangli hanya membantu memfasilitasi untuk juri dan proses penilaian di tingkat kecamatan dan kabupaten. “Untuk pendaftaran dilakukan secara online dan tercatat sebanyak 31 peserta di Kabupaten Bangli yang ikut berpartisipasi dalam lomba. Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah peserta tahun ini mengalami peningkatan,” ujar Wiradana, Selasa (7/2/2023).
Tahun 2022 diketahui jumlah peserta yang ikut perlombaan hanya 28 peserta. Meski demikian, pihaknya menilai jumlah peserta lomba tahun ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah desa adat di Bangli yang notabene setiap perayaan Nyepi kerap membuat ogoh-ogoh. “Kalau kita lihat dari jumlah desa adat di Bangli yang mencapai 165, prosentase yang ikut lomba memang masih kecil,” katanya.
Padahal, dari sisi hadiah sebagai motivasi dan mendorong peningkatan kreativitas generasi muda yang diberikan Pemerintah Provinsi Bali cukup besar. “Masuk peringkat di tingkat kecamatan saja hadiahnya Rp 5 juta,” katanya. Hadiah yang disiapkan untuk juara I Rp 50 juta, juara II Rp 35 juta, juara III Rp 25 juta dan 144 terbaik dihadiahi masing-masing Rp 5 juta.
Terkait penyebab masih sedikitnya peserta yang ikut lomba, kata Wiradana, kemungkinan karena masih ada keengganan atau mungkin karena melihat ada yang lebih bagus sehingga tidak berani ikut lomba. “Setelah provinsi menyampaikan, kita telah langsung melakukan sosialisasi melalui Pasikian Yowana dan juga Majelis Desa Adat (MDA). Untuk itu, evaluasi tentu akan kita lakukan tahun ini dan akan dijadikan acuan agar jumlah peserta semakin meningkat tiap tahun,” tegas Wiradana.
Dalam perlombaan ini, tim penilai turun langsung mendatangi setiap peserta. Untuk juri ada tiga orang, terdiri dari seniman, tokoh masyarakat dan juga dari Dinas yang dipastikan berkompeten di bidangnya. Setelah dilakukan penilaian di tingkat kecamatan, yang terbaik akan dinilai di tingkat kabupaten dan yang terbaik di Kabupaten akan mewakili Bangli untuk penilaian tingkat provinsi. (128)