
Singaraja, DENPOST.id
Sebanyak 100 orang pelatih dari 49 cabang olahraga yang bernaung di bawah KONI Buleleng mengikuti pelatihan pelatih fisik tingkat 1 nasional, Selasa (14/3/2023) di Sekretariat KONI Buleleng. Pelatihan digelar KONI Buleleng sebagai upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Setelah mengantongi sertifikat, pelatih di Buleleng ini pun dapat mendampingi atletnya dalam single maupun multievent di tingkat nasional.
Ketua Umum KONI Buleleng, I Ketut Wiratmaja, mengatakan, pelatihan pelatih ini pertama kali dilaksanakan di Buleleng. KONI berharap ke depannya Buleleng memiliki pelatih-pelatih handal untuk melahirkan atlet berprestasi.
“Selama ini kelemahannya belum menerapkan sport science. Setelah teknik dasar melatih dikuasai akan lahir atlet-atlet yang merajai di nomor masing-masing. Pelatih yang berlisensi nanti punya hak untuk mendampingi atletnya untuk berlaga di nasional,” terang Wiratmaja.
KONI Buleleng disebut Wiratmaja tidak akan berhenti sampai di sini. Pelatihan akan dilanjutkan ke level 2 untuk melahirkan atlet berprestasi di bidangnya.
Di tempat yang sama, Ketua Panitia I Ketut Iwan Swadesi, menjelaskan, pelatihan pelatih fisik merupakan rencana besar pengembangan KONI Buleleng ke depannya. Salah satunya pengembangan sport science bidang SDM pelatih. KONI Buleleng pun mendatangkan dua pelatih dari Lembaga Pendidikan Pelatihan Olahraga (Lankor) yakni Prof.Dr Ria Lumintuarso dan Dr. Devi Tirtawirya.
“Pelatih disiapkan untuk memiliki pemahaman, pengetahuan, keterampilan untuk melatih atlet-atlet berprestasi. Targetnya KONI Buleleng bisa memangkas selisih medali dengan Badung dan Denpasar. Selain juga berharap bisa menelorkan atlet-atlet dan pelatih sebanyak-banyaknya berkontribusi untuk Bali dan berlaga ke PON,” papar Iwan.
Yang terpenting, lanjutnya, setelah lulus dari pelatihan ini, seluruh pelatih dapat menerapkan teknik pelatihan yang tepat untuk atletnya. Selain diberikan materi pelatihan juga akan dilaksanakan tes fisik dan tes pembuatan program pelatihan. “Ketika tidak hadir 100 persen, kemudian evaluasi juga tidak memenuhi instrumen nasional kemungkinan tidak lulus itu besar,” tandasnya. (118)