Bangli, DENPOST.id
Jajaran Polsek Kintamani memetakan tujuh desa di Kintamani yang rawan saat Pangerupukan (pawai ogoh-ogoh) Tahun Baru Caka 1945. Kerawanan yang dimaksud berupa rawan akan kejahatan seperti pencurian permukiman atau rumah warga yang kosong, pencurian kendaraan bermotor (curanmor), gesekan antara pemuda (pengusung ogoh-ogoh), karawanan akan kecelakaan lalu lintas (kemacetan), kebakaran, serta akibat minuman keras atau beralkohol (miras).
Tujuh desa yang dimaksud yakni Desa Batur, Kintamani, Bantang, Dausa, Sekardadi, Catur, dan Desa Songan. Kapolsek Kintamani Kompol Ruli Agus Susanto menjelaskan, di Batur terdapat tiga desa yang mengikuti parade ogoh-ogoh. Pada Selasa (21/3) pukul 11.00, semua ogoh-ogoh kumpul di depan banjar menuju start di Maharaja. Begitu pula di Desa Kintamani, yang jalurnya merupakan satu-satunya jalan penghubung ke Buleleng, Badung dan Gianyar, begitu juga sebaliknya.
“Kemacetannya yang kita atensi, sebab itu melibatkan massa yang cukup banyak. Warga pasti nonton dan rumah ditinggal kosong,” ujar Ruli, Senin (20/3). Kondisi rumah yang sepi ini, dikhawatirkan dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan seperti pencurian. Termasuk pula curanmor. “Warga yang keasyikan menonton pawai ogoh-ogoh, biasanya kurang waspada akan kendaraannya. Selain parkir sembarang, kadang kuncinya masih nyantol. Hal ini rawan terjadinya curanmor. Belum lagi jambret di kerumunan massa yang seperti itu. Makanya kami sudah petakan dan atensi,” tegas mantan Kapolsek Abiansemal ini.
Begitu pula dengan Desa Bantang dan Dausa. Dimana menurut Kompol Ruli, kedua desa tersebut dulu punya riwayat pernah terjadi konflik saat pawai ogoh-ogoh dari kedua pengusung, melewati masing-masing perbatasan. “Hal ini sudah kami sudah upayakan koordinasi dengan masing-masing Perbekelnya. Dan sudah disepakati untuk tidak ketemu bersamaan di perbatasan desa. Untuk akses jalan juga tidak akan ditutup total, sistemnya buka tutup,” terangnya.
Sementara di Desa Sekardadi, diantisipasi soal kemacetan. Desa Catur, pawai ogoh-ogoh berlangsung di Simpang Lampu. Pihaknya menyebut di Catur juga dulu pernah ada riwayat gesekan antara pemuda pengusung ogoh-ogoh. “Kita juga sudah kondisikan supaya saat di catus patanya paradenya secara bergiliran,” imbuhnya.
Pun dengan di Desa Songan. Di desa yang berlokasi di pesisir Danau Batur ini menjadi atensi, sebab belum lama ini sempat terjadi konflik dari sejumlah warga yang protes dengan bandesa adatnya terkait tanah. “Namun hal ini sudah dituntaskan beberapa hari lalu dimediasi di Kantor Camat Kintamani,” ujarnya.
Total jumlah ogoh-ogoh yang akan diparadekan saat Pangerupukan di wilayah Kecamatan Kintamani sebanyak 124 buah. Seratusan lebih personel dikerahkan untuk pengamanan tersebut, baik dari Polsek Kintamani maupun bantuan dari Polres Bangli. Perkiraan waktu dimulai pukul 13.00 hingga 18.00 wita.
Dalam kesempatan ini Kapolsek Kintamani mengimbau masyarakat atau pengguna jalan yang tak berkepentingan untuk mencari jalan alternatif lain, dengan menghindari jalur utama di Kintamani (Jalan Kintamani –Singaraja).(128)