Tabanan, DenPost.id
Pascapanen raya di Subak Bengkel, Kediri, kebutuhan gabah di Tabanan saat ini mencukupi. Walau demikian, masih ada petani setempat yang punya jalur khusus untuk memasarkan hasil panen mereka.
Menurut Dirut Perumda Dharma Santhika, Tabanan, Kompiang Gede Pasek Wedha, belum lama ini, kemungkinan besar sejumlah petani menjalin hubungan dengan pihak tertentu, mulai dari menaman padi sampai panen. Juga ada petani yang sendiri-sendiri mengolah gabah di penyosohan. Beras produksi para petani Tabanan itu sebagian dipasarkan ke luar daerah, khususnya ke Jawa. Di sisi lain, sesuai data Dishub, ternyata banyak juga beras luar yang masuk Bali. ‘’Untuk mengatas masalah ini ke depan, maka pengiriman gabah ke luar perlu dibatasi sesuai regulasi, sehingga Bali secara mandiri mampu memproses gabah menjadi beras,’’ tegasnya.
Menghindari pengiriman gabah ke luar Bali, Pasek Wedha mengungkapkan bahwa pihaknya dan Pemkab Tabanan berkolaborasi dengan para petani setempat. Dengan demikian, proses dari hulu hingga hilir terkontrol dengan baik. Kebutuhan maupun masuknya beras produksi dari luar perlu dicatat, sehingga pemkab bisa melihat potensi riil kebutuhan pangan di Pulau Dewata. ‘’Dengan begitu, kita bisa diprediksi ke depan, apakah Bali kekurangan beras atau hasil bumi lainnya?’’ ungkap Pasek Wedha.
Sebelumnya Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya menginstruksikan agar Perumda Tabanan berperan besar bagi petani sehingga mampu menyerap gabah-gabah yang mereka hasilkan. Dari sana, Perumda juga ikut memasarkan hasil pertanian setempat. Tak semata-mata beras, semua potensi produk petani di Tabanan, termasuk peternakan, mesti ditangani Perumda. Caranya lewat program Bungan Desa (Bupati Ngantor di Desa) oleh Bupati Tabanan dan OPD terkait, sehingga benar-benar mengetahui permasalahan atau kondisi suatu desa. Dalam hal ini Perumda ikut menangani potensi di bidang pangan maupun produk UMKM yang diangkat atau dikerjasamakan untuk dipasarkan.
Selain beras, Perumda Dharma Santhika menangani cabai, babi dan telur, sedangkan untuk ke depan berencana menangani ayam potong. Khusus untuk telur, pihaknya sudah menyuplai ke Marriot Group sesuai kerjasama, termasuk beras dan sayur-mayur.
Telur memang sejak awal dikembangkan oleh peternak di Tabanan. Posisi hingga sekarang sebanyak 8.000 butir berhasil diperoleh setiap hari dan kemungkinan bisa berkembang lagi. Pasek Wedha berharap agar pihaknya lebih gencar memasarkan babi dan sapi. Selama ini, pihaknya menjalin kerjasama dengan Darma Jaya, Jakarta, untuk mengirim babi 1.900 ekor setahun. ‘’Potensinya bisa diambil sesuai kuota. Kami berharap memang maksimal sebanyak itu. Kami masih menjajaki harga babi yang pas, sehingga Perumda, Darma Jaya, dan peternak, sama-sama untung,’’ ungkapnya.
Selain perlu modal, Perumda juga perlu membangun networking (jaringan). Syukur berkat bantuan Bank Indonesia (BI), pihaknya mampu membuka jaringan dengan kalangan hotel di Bali dan luar daerah, termasuk Jakarta. Khusus untuk di Bali, pihaknya menjalin kerjasama dengan komponen pariwisata di Denpasar, Buleleng, dan ke depan dengan Bangli serta Gianyar. ‘’BI mempertemukan Perumda dengan pihak kabupaten dan market-market pelaku pariwisata,’’ beber Pasek Wedha.
BI juga berharap agar Perumda, yang merupakan bagian dari pemerintah, berperan ikut mengendalikan inflasi misalnya untuk di Denpasar dan Buleleng. ‘’Harapan terbesar kami yakni Tabanan benar-benar menjadi lumbung pangan lewat kolaborasi OPD dengan petani/peternak dan stakeholder. Setelah itu kami mulai mengembangkan usaha lewat hilirisasi, karena semuanya saling terkait,’’ tandasnya. (yad)