
Singaraja, DENPOST.id
Ngusaba Desa dan Ngusabha Nini (bukakak) merupakan salah satu tradisi di Kabupaten Buleleng utamanya di Desa Giri Emas (Desa Adat Sangsit Dangin Yeh). Upacara ini dilaksanakan setiap 2 tahun sekali dan saat Purnama Sasih Kadasa. Upacara berlangsung dua hari yakni Rabu (5/4/2023) dan Kamis (6/4/2023).
Ketua Panitia Ngusaba, Wayan Sunarsa, menjelaskan, Ngusaba Bukakak merupakan simbol kesuburan Desa Giri Mas. Simbol ini berujud seekor burung garuda (paksi) yang terbuat dari ambu (daun enau muda) dengan dihiasi bunga kembang sepatu (pucuk bang).
Lebih lanjut, Sunarsa memaparkan, Bukakak juga merupakan simbol perpaduan antara sekta Siwa, Wisnu dan Sambhu. Di mana, untuk sarana yang ditempatkan di dalam Bukakak yakni seekor babi yang diguling sebagian tubuhnya. Ini sebagai lambang Dewa Sambhu.
“Hanya bagian punggungnya saja, sedangkan bagian bawah dibiarkan mentah, sehingga babi tersebut memiliki 3 warna (tri datu) meliputi merah yakni bagian matang, hitam pada bagian yang masih ada bulunya dan putih pada bagian yang masih mentah dan bulunya telah dihilangkan,” paparnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Bukakak ini dibuat di pagi hari tepat di hari-H. Setelah selesai, krama desa berkumpul di Pura Pasek/Pura Subak untuk memulai rangkaian Bukakak tersebut. Warga desa yang dipilih mengusung Bukakak atau juga disebut sarad ageng adalah mereka yang sudah dewasa, sedangkan mereka yang masih remaja diperbolehkan mengusung sarad alit.
“Remaja berumur 12 tahun ke atas menggunakan pakaian putih kuning untuk mengangkat (ngogong) sarad alit, sedangkan laki-laki berumur 17 tahun ke atas menggunakan pakaian putih merah untuk ngogong sarad ageng/bukakak,” katanya.
Dikatakan pula, Ngusaba Bukakak tersebut bertujuan untuk mengucapkan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Kesuburan, atas kesuburan tanah dan segala hasil pertanian yang melimpah. (118)