Alami Kelainan Genetik, Kulit Malini Melepuh dan Mengelupas

kelainan genetik
MELEPUH - Kondisi Putu Malini yang mengalami kelaian genetik yang menyebabkan kulitnya melepuh. DENPOST.id/ist

Bangli, DENPOST.id

Putu Malini, warga Banjar Desa, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli, diduga mengalami kelainan genetik sejak lahir. Kulit dara 23 tahun ini melepuh dan mengelupas di sekujur tubuhnya, seperti bekas luka bakar. Selain kulit mengelupas, Malini juga mengalami pertumbuhan fisik dan mental yang kurang normal. Karena melepuh, pertumbuhan pada kakinya pun lambat (mengecil). Selama 23 tahun ini, putri sulung pasangan I Gede Yasa dengan Ni Luh Sari ini tak mampu berjalan dengan normal.

Gede Yasa, kesehariannya bekerja sebagai buruh tani di desanya. Sementara sang istri hanya seorang ibu rumah tangga karena harus mengurus Malini serta kelima anaknya. Dulu, sebelum anak pertamanya lahir, Yasa sempat menjadi sopir truk, keliling Bali. Namun karena punya anak yang sakit, dirinya pun memilih pekerjaan yang tak jauh dari rumahnya di desa. Alasannya takut meninggalkan anak bersama istrinya dengan kondisi anaknya seperti itu.

Baca juga :  Komponen Masyarakat Bangli Deklarasikan Bali Cinta Damai

Dari enam anak yang dimiliki, kata Gede Yasa, hanya anak sulungnya yang mengalami sakit seperti itu. “Kalau adik-adiknya normal, sehat seperti biasa,” kata Gede Yasa, Rabu (12/4/2023).

Menurut Yasa, pertumbuhan anak sulungnya berbeda. Diceritakannya, selama hamil, istrinya tak mengeluhkan apa pun kecuali keluhan orang hamil pada umumnya. Pemeriksaan selama hamil dilakukan di bidan desa. “Hanya saat lahir dia operasi (caesar) di rumah sakit di Bangli,” tuturnya.

Saat lahir pada 24 Juli 2000 silam, kondisi Malini dikatakan sehat dan normal. Namun, dua hari setelah lahir, tiba-tiba muncul bintik-bintik merah seperti jerawat pada wajahnya. “Awalnya di wajah, seterusnya menyebar ke seluruh tubuh muncul merah-merah seperti jerwat,” ungkapnya lirih.

Kian hari, bintik-bintik merah tersebut kian membesar, lalu pecah dan melepuh kemudian mengelupas seperti bekas kena luka bakar atau tersiram air panas. Mulai dari wajah hingga di ujung kaki. “Karena terus mengelupas, perkembangan fisik di kakinya juga lambat. Kakinya mengecil, sehingga tak bisa berjalan sampai sekarang. Kalau bicara masih bisa,” katanya.

Baca juga :  Tekan Angka Lakalantas, Satlantas Bangli Sasar Pemotor Pelajar

Selama ini, Yasa lebih sering mengobati anaknya dengan obat alternatif seperti jamu-jamuan, lulur Bali (boreh), dan obat tradisional lainnya. Alasannya, Yasa keterbatasan biaya. Kata Yasa, dulu awal-awal pernah Malini diajak berobat medis hingga sempat dirawat di RS Prof. Ngoerah (RSUP Sanglah). Saat itu, menurut pejelasan petugas medis, putrinya mengalami kelainan genetik. “Dikasi obat antibiotik dan salep. Tapi tetap seperti itu tidak hilang. Ke obat Bali juga sudah, mungkin ada 60 balian (dukun) saya datangi, pokoknya di mana ada info langsung saya ajak, tapi tak hilang juga,” urainya.

Baca juga :  Siswa Terkonfirmasi Covid-19, SMA 1 Mendoyo akan Hentikan PTM

Disinggung perhatian dari Pemerintah baik daerah maupun Pusat, Yasa menyebut selama ini tidak ada. “Entah karena tidak tahu atau bagaimana. Hanya pernah enam tahun sebelumnya, era perbekel sebelumnya, pernah ada perhatian dengan memberikan bantuan obat salep. Setelah enam tahun itu, sampai sekarang tidak ada lagi yang datang. Baru tadi pagi ada mengaku petugas kesehatan dari Bangli datang ke sini (rumahnya),” akunya.

Yasa berharap ada perhatian dari pemerintah dan kerelaan bantuan dari masyarakat, paling tidak anaknya bisa kembali mendapat perawatan medis. “Saya mohon dicarikan informasi kalau ada LSM, Yayasan, Lembaga Pemerintah dan Individu-Individu yang dapat membantu pengobatan anak saya ini,” pintanya. Yasa juga menyampaikan kontak dirinya yang bisa dihubungi yakni di nomor 085238286994. (way)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini