Made Artana: Bikin Usaha Berbasis Pelayanan

tana
I Made Artana

BERAWAL sebagai teknisi selama 20 di restoran cepat saji ternama asal Amerika Serikat (AS) di Bali, I Made Artana akhirnya memberanikan diri membuka usaha franchise (waralaba) tersendiri. Berkat pengalamannya yang cukup lama bekerja di sana, Artana lalu membuat usaha serupa yakni usaha ayam goreng. Restoran cepat saji ala Bali ini sekarang berkembang cukup pesat di seluruh Pulau Dewata, dan mampu bersaing dengan restoran cepat saji lainnya, termasuk brand dari luar.

Awalnya Artana membuka satu outlet bernama Mcdis di Jl.Jempiring, Darmasaba, Badung. Saat itu kebetulan ada temannya yang mau bergabung sehingga berkembanglah menjadi tiga outlet. Berkat motivasi dari brand ternama pula, Artana membuat miniatur tempat kerja, hingga akhirnya muncul outlet yang keempat di Jl.Trengguli, Penatih, Dentim. Takut diprotes atau disomasi oleh brand internasional, pria asli Darmasaba, Badung, ini berusaha menghindari nama-nama yang telah ada seperti kata ‘’fried chicken’’ (ayam goreng). Dia putar otak sehingga lahirlah nama ACK. Dari awal diluncurkan, banyak warga yang tidak tahu dan penasaran mengenai kepanjangan ACK. Apa kepanjangannya? Artana menyebut ayam crispy kriuk.

Baca juga :  Masuk Terminal Mengwi, Penumpang Wajib Jalani Ini

Sejak dibangun tahun 2015, usaha ini sekarang berkembang hingga memilik 213 outlet. Walau sebanyak itu, ternyata belum semuanya utuh. Sebagian outlet mengundurkan diri. Jika ada mitra yang mandiri, maka dilepas atau diputus kerjasamanya, namun tidak lagi memakai nama ACK dan harus produk sendiri. Dengan demikian, Artana membantu warga Bali agar mampu berusaha mandari setelah memperoleh pengalaman darinya.

Mengenai kiat-kiat usahanya, dia mengaku harus berbasis pelayanan. Istilah QSCV (quality/ kualitas, service/pelayanan, cleanliness/kebersihan, dan value/harga).  Pihaknya tetap melakukan pengawasan kemitraan, pengembangan, dan memotivasi tim. Artana tak hanya ingin mengambil keuntungan sendiri, tapi menginisiasi para mitra untuk membentuk tim di outlet. ‘’Juga harus ada pemimpin-pemimpin outlet yang disebut koordinator. Mereka dimasukkan dalam kelas-kelas yang dilatih di ACK Pusat di Darmasaba,’’ ungkap pria yang kini memperjakan total 1.300 karyawan ini.

Ditanya tentang persaingan dengan brand ternama, Artana mengaku justru merupakan tantangan, karena masing-masing usaha punya pangsa pasar tersendiri. Dia mengibaratkan piramida: level atas lebih sedikit daripada level bawah. Sedangkan pangsa pasar ACK yakni menengah ke bawah. Dia mengimbau para pengusaha agar punya optimis yang tinggi. Menurutnya, apa saja di dunia ini bisa dilakukan dan diraih. Semuanya harus optimis dan berkarier dengan baik. Punya cita-cita gemilang untuk mengembangkan usaha masing-masing. ‘’Saya ingin membantu masyarakat untuk membuka lapangan pekerjaan, karena setiap tahun pasti saja ada tamatan SMK/SMA yang membutuhkan pekerjaan,’’ tandas Artana. (yad)

Baca juga :  Kapolda Tinjau Kesiapan Pengamanan Arus Mudik di Bandara Ngurah Rai

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini