Mangupura, DENPOST.id
Objek wisata Sangeh masih menjadi primadona di tengah berkembangnya tempat pariwisata di Bali. Bahkan kini jumlah kunjungan mengalami peningkatan dari hari biasanya dan kebanyakan dari wisatawan Eropa.
Pengelola Objek Wisata Sangeh, Made Mohon yang ditemui di objek wisata Sangeh mengatakan jumlah kunjungan tersebut, sangat membantu untuk oprasional di objek wisata Sangeh. Pasalnya, dengan banyaknya jumlah kunjungan bisa digunakan untuk membeli pakan monyet.
“Setidaknya bisa menekan biaya pakan monyet yang ada di objek wisata Sangeh. Mengingat sepi ramainya pengunjung, kita tetap mengeluarkan biaya untuk pembelian pakan,” ujar Made Mohon, Selasa (25/4/2023).
Mohon mengakui, objek wisata Sangeh masih menjadi primadona untuk wisatawan saat hari raya. Bahkan kali ini banyak wisatawan mancanegara, khususnya Eropa yang datang ke objek wisata Sangeh. “Sekarang wisatawan eropa rata-rata 150 orang perhari ke sini (objek wisata Sangeh-red),” ujarnya.
Diakui saat ini wisatawan domestik malah minim. Bahkan saat bulan puasa pernah tidak ada kunjungan untuk wisatawan domestik. Kendati demikian, saat libur Lebaran atau H-1 baru muncul kunjungan. Bahkan hinga kini ada 500 kunjungan perhari.
“Untuk tembus 1.000 belum pernah. Dulu sebelum Covid-19 baru ramai mencapai 1.000 dalam sehari,” ujarnya.
Kendati demikian semua itu patut disyukuri. Mengingat di hari biasa jumlah kunjungan hanya 100 -150 orang perhari. Bahkan tidak jarang kurang dari itu.
Mohon mengaku untuk biaya operasional dan pakan monyet, setidaknya Manajemen Objek Wisata Sangeh harus mengeluarkan dana minimal Rp30 juta per bulannya. Untuk pakan monyet dianggarkan Rp500 ribu per hari dengan varian makanan ketela dan pisang.
“Makan monyet biasanya Rp15 juta perbulan, terkadang lebih. Bahkan sempat juga Rp20 juta bergantung populasi kera,” bebernya.
Kendati demikian Mohon mengaku saat ini di Sangeh terdapat 600 -700 ekor monyet termasuk yang sudah beranak pinak. Semua itu pun jumlahnya tidak pernah lebih itu. “Iya, semoga ke depan semakin banyak kunjungannya,” harapnya. (115)