
Denpasar, DENPOST.id
Meski bukan pertama kalinya datang ke Bali, namun ada hal yang sangat berbeda dialami seorang wisatawan asal Jepang, Isamu Maeda saat menginjakkan kakinya pertengahan bulan lalu di Bali. “Sudah kesekiankalinya, bahkan sudah puluhan kali saya ke Bali. Namun ada sesuatu hal yang lain yang sangat spesial pada kedatangan saya kali ini,’’ tutur Isamu Maeda (91), saat ditemui di Bali Yuai Denpasar, Selasa (2/5/2023).
Biasanya, kata Isamu, dirinya selalu ditemani sang istri, Sachiko saat bepergian jauh seperti ke Bali. Namun, kali ini Tuhan mempunyai skenario lain dalam perjalanan hidup keduanya. Pasangan hidupnya, Sachiko Maeda (85) telah berpulang pada pertengahan tahun lalu. ‘’Sekarang saya datang sendiri, tentu rasanya sangat berbeda,’’ ujar ayah dua putra yang tinggal di Kyoto, Jepang ini.
Isau meneritakan, tujuan awalnya datang ke Bali hanya untuk main golf. Kala itu lapangan golf di Jepang tertutup salju saat musim dingin. Karenanya Isamu serta istrinya memutuskan ke Bali untuk menyalurkan hobinya bermain golf. Tinggalnya pun tergolong lama, hampir satu bulan. Kemudian mereka menjalin persahabatan dengan I Gusti Kompyang Pujawan, panglingsir Pasemetonan Denpasar-Fukuoka. Dari persahabatan tersebut, Isamu dan istri memperlama masa tinggal di Bali bahkan mencapai enam bulan. Eratnya persahabatan serta cintanya pada Bali, membuat istri Isamu memiliki harapan khusus di akhir hidupnya.
“Saya datang ke Bali sendiri. Perjalanan dari Kyoto-Tokyo-Singapura dan kemudian terakhir Denpasar membuat saya sedikit khawatir,’’ ujarnya.
Namun, karena kedatangannya kali ini ke Bali membawa amanat mendiang istri, Isamu pun bertekad datang. Dikatakannya, Sachiko Maeda pernah berkata bahwa dia ingin diupacarai secara Agama Hindu di Bali setelah kematiannya. “Saya membawa abu dan tulang istri saya dalam sebuah tempat kecil dan kemudian diupacarai. Selanjutnya abu itu dilarung ke perairan Pantai Padang Galak,” katanya.
I Gusti Kompyang Pujawan, bersama sang anak, Anak Agung Gede Nirarta yang ikut mendampingi Isamu mengakui hubungan keluarganya dengan keluarga Maeda sangat dekat. Maka, ketika ada keinginan dari Maeda untuk mengupacarai istrinya secara Agama Hindu, diapun menyetujuinya. Singkat cerita, upacara mamukur pun dilakukan berbarengan dengan upacara mamukur istri Kompyang Pujawan, mendiang Made Ida Dwi Ratna Winten.
“Saya melarung abu istri di laut. Saya berterima kasih atas bantuan keluarga Kompyang Pujawan beserta kerabat lainnya sehingga amanat istri ini terwujud. Karena faktor usia, ini adalah kedatangan saya yang terakhir ke Bali,’’ ucapnya. “Saya sangat mencintai Bali. Persahabatan ini tentu tidak akan berakhir karena saya tidak kemari lagi. Anak saya yang akan melanjutkannya,’’ tandasnya. (tim dp)