Ribuan Babi Mati Mendadak, Peternak Rugi Puluhan Juta

picsart 23 05 04 20 20 11 108
KOSONG - Kondisi kandang babi milik salah satu peternak terlihat kosong karena ternak babinya mati mendadak.

Singaraja, DENPOST.id

Ribuan babi milik peternak Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, mati mendadak. Hal yang sama juga menimpa perusahaan babi PT. Anugerah Bersama Sukses (ABS).

Babi-babi itu telah tumbang sejak seminggu lalu. Secara berturut-turut babi mati mendadak. Kondisi itu pun merembet ke beberapa peternak babi di Desa Bila.

Wayan Darsana, salah satu peternak babi mengatakan ternak babi miliknya kini telah habis. Ia yang memiliki 14 ekor babi merugi hingga Rp30 juta lantaran banyak babi miliknya yang mati. Ada pula yang dijual dengan harga sangat miring. “Ada yang mati di sini. Kemudian yang tidak mati saya jual murah-murah daripada rugi,” ungkap Darsana, Kamis (4/5/2023).

Kondisi itu telah dialaminya sejak akhir Maret hingga April lalu. Babi yang mati mengalami gejala kurang nafsu makan hingga mogok makan. Setelahnya ternak langsung mati. Ia mengklaim gejala itu sama persis seperti virus African Swine Fever (ASF) yang pernah terjadi tahun 2020. “Awalnya makan sedikit-sedikit sampai tidak mau makan. Hanya minum air saja. Kalau dibiarkan akhirnya mati,” terangnya.

Baca juga :  Muliakan Rahina Tumpek Wayang, Gubernur Koster Sembahyangan di Pura Pusering Praja Mandala

Sementara Kepala Desa Bila, Ketut Citarja Yudiarta menerangkan hampir 99 persen peternak babi di Desa Bila, mengalami hal serupa. Bila dihitung mencapai ribuan ekor babi. Tidak saja peternak desa, ribuan babi di perusahaan PT ABS juga terdampak. “Dulu sempat ada wabah 2020, sekarang kembali lagi di akhir Maret sampai April 2023 wabah lagi. Malah sudah sekitar 1.300 babi yang mati. Sekarang ini sudah tidak ada bibit di sana. Mati semua. Termasuk peternak lokal di sana banyak yang menderita kerugian,” ungkapnya.

Citarja mengimbau kepada para peternak, apabila menerima atau membeli bibit agar dipastikan kesehatannya. Hal itu penting dilakukan untuk menghindari terjadinya kerugian bagi peternak. “Kami selaku perbekel mengimbau kepada perusahaan maupun peternak kalau membeli bibit agar dicek dulu. Karena kalau satu sakit akan menyebar ke yang lain. Itu dampaknya akan seperti ini (bisa mati) dan rugi akhirnya,” kata dia.

Baca juga :  Gubernur Bangun Gedung Parkir Manik Mas, Kapasitas 1.541 Mobil

Hingga April 2023, terdapat 1.600 ekor babi yang tersebar, baik di peternak lokal maupun di perusahaan. Atas kondisi ini pun, peternak babi terpaksa mengambil langkah dengan menjual babi lebih murah dari biasanya. “Karena matinya sangat drastis, mereka menjual murah. Daripada rugi mati mendadak. Tapi saat mati mendadak itu, sekali saya hitung bisa 60 ekor sekaligus. Bahkan sampai 100 ekor. Dan menurut pegawai di perusahaan itu yang mati 1.300 ekor semuanya,” beber Citarja.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Pertanian Buleleng, I Made Suparma saat dikonfirmasi mengatakan belum melakukan pengecekan di Desa Bila, atas kondisi itu. Kendati demikian, hal serupa juga terjadi di Desa Munduk Bestala, Kecamatan Seririt. Gejala babi yang mati di desa tersebut, mengalami diare dan tidak mau makan lalu mati. Diagnosa sementara dinyatakan babi terserang kolera. “Bukan ASF itu. Laporannya dari dokter hewan yang kami tugaskan di Puskeswan. Itu jumlahnya 8 ekor dari 60 ekor babi yang diadakan di sana dari dana ADD,” ungkapnya.

Baca juga :  Pembunuh Ayah Kandung Akan Diperiksa Kejiwaannya

Untuk yang di Desa Bila, pihak Dinas Pertanian Buleleng mengaku akan berkoordinasi dengan dokter Puskeswan Kubutambahan. Distan pun masih belum menerima data terkait kondisi babi yang mati secara mendadak dengan jumlah banyak, baik di perusahaan babi maupun di masyarakat. “Kami belum menerima laporan untuk yang di Desa Bila. Tapi besok, kami akan langsung ke lokasi untuk mengecek kondisi itu,” tandasnya. (118)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini