Tak Ada Babi, Distan Buleleng Kesulitan Lakukan Uji Sampel

picsart 23 05 04 20 20 11 108
KOSONG - Kondisi kandang babi milik salah satu peternak terlihat kosong karena ternak babinya mati mendadak.

Singaraja, DENPOST.id

Peristiwa babi yang mati mendadak dalam jumlah besar di Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng membuat Dinas Pertanian Buleleng turun tangan. Dinas Pertanian Buleleng melakukan penelusuran ke Desa Bila untuk mengetahui penyebab matinya ribuan babi di desa tersebut. Tim kesehatan hewan pun turut dilibatkan. Sayangnya, tiba di lokasi, Rabu (3/5/2023) sore, Dinas Pertanian Buleleng tidak bisa berbuat banyak. Tidak ada babi yang tersisa di desa tersebut. Begitu pula pada perusahaan babi PT. Anugerah Bersama Sukses (ABS).

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan I Made Suparma, saat dimintai konfirmasi Jumat (5/5/2023) mengatakan, Dinas Pertanian Buleleng kesulitan melakukan pengecekan pada ternak. Sebab tidak ada sampel yang bisa diambil dan diuji pada lab Balai Besar Veteriner Denpasar. Alhasil, pemeriksaan untuk identifikasi penyebab kematian babi gagal dilakukan. “Kalau sudah habis seperti ini kami juga kesulitan untuk pemeriksaan dan menentukan penyebabnya. Karena tidak ada sampel yang kami teliti. Jadi yang begini-begini disampaikan kepada kami juga, supaya cepat kami identifikasi. Pada umumnya babi yang sakit itu kadang terlihat biasa saja,” terangnya.

Baca juga :  Soroti Dugaan Korupsi Rumjab Mantan Sekda Buleleng, Ahli Hukum Ungkap Ini

Dinas Pertanian Buleleng pun tidak bisa menyimpulkan penyebab kematian babi hanya karena memiliki gejala yang sama. Ketika penyebab matinya ternak telah diketahui maka dapat diantisipasi dengan pemberian vaksin yang sesuai. “Kemarin di Munduk Bestala ada juga babi mati. Gejalanya semacam mencret. Kalau memang itu kolera kami beri vaksin kolera. Tapi kalau bukan kolera kami beri vaksin kolera kan tidak cocok. Penyakit hewan itu banyak jenisnya dan harus diidentifikasi dulu. Tidak bisa menyimpulkan kalau hewan itu terserang penyakit A misalnya. Tidak bisa seperti itu,” ujarnya.

Apabila penyebabnya telah teridentifikasi maka langkah selanjutnya dapat dilakukan. Misalnya seperti menyetop sementara pemasukan bibit babi ke desa hingga kondisinya benar-benar steril. “Kami bukannya tidak mau bertindak. Karena kasus ini tidak sampai kepada kami akhirnya kami tidak segera menangani,” tambahnya.

Baca juga :  Disdikpora Buleleng Distribusikan 232.500 Sarana Prokes ke Satuan Pendidikan

Dia pun mengimbau ketika terjadi kasus serupa agar cepat berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, sehingga dampaknya tidak meluas dan cepat tertangani. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus atau penyakit lain, yang mungkin menyebar ke masyarakat. “Kalau diam-diam begini dan terjadi seperti ini dampaknya susah juga. Sampai ribuan mati. Babi warga juga kena. Rugi banyak, kan sayang. Jadi harus koordinasi. Sayang dengan kejadian ini tak ada koordinasi. Kalau ada koordinasi kami juga bisa bantu untuk indentifikasi, apakah bibit babi yang diturunkan itu seluruhnya sehat atau ada yang sakit,” paparnya.

Baca juga :  Dewa Indra Sebut Covid-19 Pacu Kemampuan IT Guru dan Siswa

Sementara itu, babi mati yang mencapai 1.800 ekor itu telah dikubur. Metode ini dilakukan untuk menghindari polusi bau yang menyebar ke masyarakat. “Babi yang mati sudah dikubur. Awalnya diinstruksikan untuk dibakar oleh DLH. Tapi kalau dibakar menimbulkan masalah baru, baunya lebih amis lagi karena babinya sakit. Jadilah keputusannya dikubur,” tandas Kepala Desa Bila, Ketut Citarja Yudiarta. (118)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini