Singaraja, DENPOST.id
Dalam masa sidang III tahun sidang 2022-2023 ini Pemerintah Kabupaten Buleleng mengajukan satu rancangan peraturan daerah (Ranperda). Yaitu Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022. Mengawali pembahasan ranperda tersebut, Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana, menyampaikan nota pengantar pada sidang paripurna di Gedung DPRD Buleleng, Senin (26/6/2023).
Dalam nota pengantarnya, Lihadnyana menyampaikan, laporan keuangan pemerintah daerah yang disampaikan kepada DPRD sebelumnya telah dilakukan audit terperinci oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Bali pada 13 Maret 2023 sampai dengan 14 April 2023. Audit tersebut menghasilkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diumumkan pada 9 Mei 2023. Opini tersebut membuat Kabupaten Buleleng meraih WTP 9 kali berturut-turut.
“Kami mengapresiasi peran DPRD Buleleng, karena berkat kerja keras bersama mewujudkan pengelolaan keuangan daerah melalui sistem pengendalian intern yang memadai dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku,” ungkap Lihadnyana.
Berbagai upaya secara maksimal telah dilaksanakan dalam pencapaian kinerja perangkat daerah sehingga berdampak positif pada penilaian BPK. Mulai dari penataan aset daerah, menindaklanjuti setiap rekomendasi auditor, penyempurnaan kebijakan dan produk hukum daerah, serta optimalisasi peran aparat pengawasan intern pemerintah dalam setiap tahap pengelolaan keuangan daerah.
“Untuk tahun mendatang kita berusaha untuk mewujudkan penilaian opini yang sama dengan tahun ini dengan terus meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dalam semua bidang dan senantiasa patuh terhadap peraturan perundang-undangan,” katanya.
Lihadnyana juga memaparkan beberapa indikator sosial ekonomi yang menggambarkan kondisi ekonomi makro kabupaten Buleleng tahun 2022. Antara lain tingkat kemiskinan yang mencapai 6,21 persen. Meningkat dari tahun 2021 karena vekum normalnya perkembangan perekonomian pascapandemi covid-19. Tingkat pengangguran terbuka menurut Badan Pusat Statisik (BPS) menunjukkan angka 5,20 persen.
Sementara itu, Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, mengatakan, capaian WTP patut untuk disyukuri. Ke depan pihaknya akan fokus pada hal-hal yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran 2022. “Misalnya masalah pengangguran, kemiskinan yang akan coba kita entaskan sehingga bisa menekan angka kemiskinan dan pengangguran. Jika melihat hingga enam bulan di tahun 2023 ini, saya rasa akhir tahun ini akan tercapai apa yang kita inginkan,” ujarnya.
Indikator lainnya yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat 0,89 poin dari 72,56 poin pada 2021 menjadi 73,45 poin disebabkan oleh adanya peningkatan umur harapan hidup saat lahir (UHH). Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buleleng tahun 2022 meningkat 1,89 persen dibanding tahun sebelumnya. Tingkat Inflasi menunjukkan angka 4,63 persen. Angka tersebut berada di bawah tingkat inflasi provinsi bahkan nasional.
Beberapa hal utama yang terkait dengan perubahan anggaran dan realokasi anggaran juga dipaparkan dalam sidang ini. Anggaran pendapatan yang dirancang setelah perubahan mengalami kenaikan sebesar Rp 101,582 miliar atau naik sebesar 4,89 persen dari anggaran semula menjadi Rp 2,180 triliun lebih. Anggaran belanja dan transfer dirancang setelah perubahan mengalami kenaikan sebesar Rp 108,733 miliar lebih atau 5,11 persen menjadi Rp 2,237 triliun rupiah lebih. Sedangkan anggaran pembiayaan yang terdiri atas penerimaan pembiayaan sebesar Rp 72,39 miliar lebih dan pengeluaran sebesar Rp 16 miliar rupiah yang dirancang dalam perubahan APBD tahun 2022 sehingga pembiayaan netto sebesar Rp 56,39 miliar rupiah lebih, naik sebesar Rp 7,151 miliar rupiah lebih dari anggaran sebelum perubahan yang sebesar Rp 49,239 miliar rupiah lebih.
Pada bagian pendapatan, dari anggaran yang ditetapkan setelah perubahan APBD sebesar Rp 2,180 triliun lebih, terealisasi Rp 2,078 triliun rupiah lebih atau 95,32 persen. Sebanyak Rp 101,975 miliar lebih tidak terealisasi karena adanya penurunan penerimaan dari beberapa sumber pendapatan.
Dari sisi belanja dan transfer terdapat efisiensi pengeluaran sebesar Rp 157 miliar rupiah lebih, dari anggaran setelah perubahan APBD sebesar Rp 2,237 triliun rupiah lebih, terealisasi sebesar Rp 2,079 trilkun rupiah lebih atau 92,96 persen. Pembiayaan netto terealisasi sebesar 100,56 persen yaitu dari anggaran setelah perubahan APBD sebesar Rp 56,39 miliar rupiah lebih terealisasi sebesar Rp 56,709 miliar lebih.
Capaian realisasi pendapatan dan efisiensi belanja serta pembiayaan menghasilkan sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun anggaran 2022 sebesar Rp 55,925 miliar rupiah lebih. Capaian realisasi Silpa ini akan memberikan fleksibilitas pengelolaan APBD untuk tahun mendatang. (a/118)