Peed Aya “Segara Wisata”, Konsep Segara Kerthi dalam Memuliakan Laut untuk Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Badung

peed aya badung
SEGARA WISATA - Penampilan duta Kabupaten Badung yang mengangkat tema "Segara Wisata" dalam Peed Aya Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-45, di Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, beberapa waktu lalu.

 

PEED aya (pawai) dalam Pesta Kesenian Bali ke-45 yang dibuka Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri bersama Gubernur Bali, Wayan Koster dengan tema “Segara Kerthi: Prabhaneka Sandhi”, tidak saja menyedot perhatian dunia, tapi juga banyak makna dan pesan yang tersirat dalam pawai kesenian yang dibawakan masing-masing kabupaten/kota di Bali. Salah satunya duta Kabupaten Badung yang menampilkan peed aya dengan tema “Segara Wisata”. Yakni dinamika kehidupan masyarakat pesisir di Kabupaten Badung khususnya di Kuta, yang kini menjadi ikon pariwisata dunia.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Gde Eka Sudarwitha, mengatakan, suguhan pagelaran Segara Wisata dalam peed aya ini adalah implementasi masyarakat di pesisir Kabupaten Badung dalam menjaga alam pantai di tengah dinamika pariwisata di Kabupaten Badung. “Masyarakat memulihkan pantai atau laut, karena dari pantai ini memberikan kesejahteraan. Tidak saja untuk masyarakat pesisirnya, tapi hingga Badung bagian Utara,” terangnya.

Mantan Camat Petang ini juga menjelaskan, ada seorang wisatawan asing memberikan peran besar dalam lahirnya kawasan pesisir Kuta menjadi kawasan pariwisata. Di pawai dengan tema Segara Wisata tersebut menampilkan kisah wisatawan bernama Mads Lange. Pada saat itu masyarakat Kuta sangat berkeberatan dan memrotes keberadaan orang asing yang bernama Mads Lange yang semula dikira hantu dan mengusik kenyamanan masyarakat pesisir Kuta. Mads Lange kemudian memperkenalkan dirinya bahwa dia adalah seorang wisatawan mancanegara yang berniat mendirikan sebuah hotel di pesisir Kuta. Akhirnya masyarakat Kuta menerima Mads Lange. Dengan keberadaan hotel yang didirikan Mads Lange di pesisir Kuta, Desa Kuta pun berkembang dengan pariwisata pantainya sampai sekarang.

Selain itu, kata Sudarwitha, pesisir Kuta juga tidak hanya terkenal dengan aktivitas pariwisatanya, namun juga memiliki nelayan. Komposer tari pun membuat barisan tari kreasi Layar Samas. “Layar Samas berasal dari kata Liyar Samas yang merupakan karya tabuh Palegongan seniman Kuta yang bernama Lotring. Garapan tari kreasi Layar Samas ini menggambarkan banyaknya jukung nelayan di Pantai Kuta dengan layar terkembang bertaburan, kemilau diterpa sinar matahari senja,” paparnya.

Baca juga :  Semprot Disinfektan di Areal Bandara, Komunitas Kerahkan Mobil Khusus

Sementara Gubernur Bali, Wayan Koster, menjelaskan, Segara Kerthi bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi yaitu enam sumber utama kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia, meliputi Atma Kerthi yakni penyucian dan pemuliaan atman/jiwa; Segara Kerthi yakni penyucian dan pemuliaan pantai dan laut; Danu Kerthi, penyucian dan pemuliaan sumber air; Wana Kerthi, penyucian dan pemuliaan tumbuh-tumbuhan; Jana Kerthi, penyucian dan pemuliaan manusia dan Jagat Kerthi, penyucian dan pemuliaan alam semesta.

Baca juga :  Kunjungan Wisatawan Meningkat, Hunian Hotel Mulai Naik

Terkait tema “Segara Kerthi: Prabhaneka Sandhi, Samudra Cipta Peradaban”, Koster menjelaskan, tema ini merupakan bagian utuh dari implementasi Visi Pembangunan Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru. Maknanya, kata Koster, menjaga kesucian dan keharmonisan alam bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sekala-niskala.

Mengenal Lebih Dekat Mads Lange

Baca juga :  Petugas Keamanan Siap Jaga Vaksin 24 Jam

Dalam catatan “Kuta Membangun” yang ditulis Made Sujaya dan I Gede Suparta, orang asing ini memiliki peranan penting dari sejarah perkembangan Kuta. Mads Lange yang memiliki nama panjang Mads Johansen Lange adalah pedagang atau syahbandar Kuta berkebangsaan Denmark. Masyarakat Kuta mengenalnya dengan panggilan Tuan Lange. Jejak Lange di pesisir Kuta dapat dilihat dari berbagai catatan sejarah Kuta pada Abad ke-19.

Tuan Lange ini tidak saja pernah menguasai pelabuhan Kuta, tetapi juga menikahi gadis Kuta keturunan Cina. Makamnya pun masih ada hingga saat ini di Kuta, persisnya di pinggir Tukad Mati. Jalan menuju makamnya bahkan dinamai Jalan Tuan Lange. Mads Lange meninggal pada tanggal 13 Mei 1856. “Dari catatan sejarah yang saya baca, Mads Lange menikahi gadis Kuta keturunan Cina bernama The Sang Nio. Dari perkawinan itu, mereka memiliki keturunan bernama Cicilie dan menikah dengan Raja Johor bergelar Abu Bakar,” kata Gede Suparta, mantan Lurah Kuta tersebut. (dwa)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini