Parade Arja Klasik PKB XLV, Sanggar Seni Mangu Swara Angkat Cerita “Giri Segara Tanu”

picsart 23 07 12 13 17 03 296
ARJA - Sanggar Seni Mangu Swara, saat tampil pada Parade Arja Klasik Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV, 2023, Sabtu (10/7/2023), di Kalangan Ayodya - Taman Budaya Bali, Art Center Denpasar.

Denpasar, DENPOST.id

Sanggar Seni Mangu Swara, menjadi duta Kabupaten Badung pada Parade Arja Klasik Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV, 2023, Sabtu (10/7/2023), di Kalangan Ayodya – Taman Budaya Bali, Art Center Denpasar. Tampil sangat menghibur, Sanggar Seni Mangu Swara membawakan cerita “Giri Segara Tanu”.

Dari cerita yang diangkat, dikisahkan Raja Surya Kencana jatuh sakit semenjak permaisurinya meninggal dunia. Putri penerus tahta kerajaan, Diah Galuh Prawartirta oleh kebanyakan rakyat diharapkan sebagai pengganti tampuk pemerintahan. Mengingat sang putri memiliki kecerdasan prajaniti widya sesana dan kuat dalam danurdara kaprajuritan.

Namun ibu tirinya, Prami Ghoro Isani, bersiasat untuk mengangkat putri tunggalnya Galuh Ajeng Gorindradewi sebagai penerus tahta kerajaan Galuh Giri Salaka. Oleh karenanya dia berkonspirasi dengan Prabhu Wilatadwarakara dari kerajaan Bentar Segara yang tiada lain musuh bebuyutan kerajaan Galuh Giri Salaka. Untuk memuluskan perebutan kekuasaan, Prami Ghora Isani mengusir Rahaden Galuh Prawartirta dari kerajaan.

Sementara di Pasraman Patirtan Giri Wukir Tirtarum, Pangeran Hariwiryanatanu sudah menyelesaikan pendidikan keprajuritan dari Bhagawan Medhadyaksa, yang menyarankan untuk merebut kembali kekuasaan Kerajaan Kertodyana Negara yang dirampas oleh Prabu Wilatadwarakara melalui kerajaan Galuh Giri Salaka. Dalam perjalanan sang pangeran bertemu dengan kelompok begal Jagal Sonohara yang memalak para pelintas dengan membayar upeti setiap orang yang di daerah kekuasaannya. Perseteruanpun terjadi. Dengan mudah sang pangeran menaklukkan kawanan begal.

Baca juga :  BRI dan SRCIS Kolabs Ekosistem Toko Kelontong, Berdagang Lebih Mudah dan Praktis

Bahwa tujuan besar sang pangeran adalah mau bertanding dengan Dewi Kerajaan Galuh yang menurut berita akan diboyong oleh Raja Bentar Segara.

Prabu Wilatadwarakala dari Kerajaan Njung Bentar Segara meyakini akan memboyong putri cantik Dyah Galuh Prawartirta yang termasyur kecantikannya sebagai hadiah konspirasi persembahan Prameswari kerajaan Galuh. Namun kenyataannya, dia dirayu oleh Galuh Ajeng Gorindradewi yang oleh ibunya diharapkan menjadi pendamping sang Prabu menduduki singasana Kerajaan Galuh Giri Salaka. Keadaan semakin runyam dengan datangnya Pangeran Hariwiryanatanu yang hendak menguasai kerajaan Galuh dan hendak mempersunting sang Dewi.

Baca juga :  Usaha di Kuta mulai Normalkan Jam Operasional

Perangpun berkecamuk. Kerajaan Bentar Njung Segara dipertaruhkan. Sang Prabu mengeluarkan Ulapasa jadi seekor naga sakti sebagai kekuatan perang. Sang Pangeran kemudian mengerahkan Paksi Rajawali kekuatan sakti anugerahkan Bhagawan Medadyaksa untuk membinasakan ular laut yang sangat sakti tersebut.

Prabu Wilatadwarakara raja Bentar Segarapun akhirnya takluk dari kekuatan Pangeran Hari Wijayatanu. Penyamaran Jagal Sonahara yang datang melumpuhkan Prami Ghori Isani terungkap. Pangeran Hariwiryanatanu akhirnya mengetahui bahwa Jagal Sonahara adalah putri Raja Galuh Giri Salaka yang dia cari.

Mereka selanjutnya menghadap sang ayah
Prabu Surya Kencana untuk memohon restu agar mereka menjadi pasangan penerus penyatuan tahta pemerintahan Kerajaan Galuh Giri Salaka, Kerajaan Kerthodyana Negara, dan kerajaan Bentar Segara di bawah satu payung pemerintahan yang nyegara-giri.

Baca juga :  Pergoki Suami Selingkuh, Norma Dianiaya dalam Kondisi Hamil 7 Bulan

Menurut Penanggung Jawab tari, Desak Made Suarti Laksmi, dari Sanggar Seni Mangu Swara, setiap tahun sanggar ini melakukan pementasan. Artinya, para seniman yang terlibat, sebanarnya sudah terbiasa untuk tampil karena sudah menguwasai. Baik itu dari segi olah vokal, dan tari.

Diakuinya, dalam persiapan pementasan, memang pasti ada suka duka, pasti ada kendala yang dihadapi, dan hal itu sudah bisa. Untuk anak anak yang mengerti proses, tentu mereka sudah paham dan lebih mudah diarahkan. Namun, ada anak-anak yang tidak mengerti proses, terkadang mereka merasa lelah, ada yang menangis. Inilah yang menjadi tantangan dalam persiapan, dan hal itu sudah bisa ditangani.

“Ke depan kami berpesan, kepada generasi muda, agar bisa mencintai kesenian milik masyarakat Bali, milik nusantara, terutama sebagai generasi penerus untuk bisa mempertahankan kesenian ini,” pesannya. (a/115)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini