
Bangli, DENPOST.id
Hari Suci Galungan segera tiba. Hal ini seharusnya menjadi keuntungan bagi petani jeruk di Kintamani, mengingat masyarakat akan memburu buah jeruk untuk keperluan upacara. Namun sayangnya, harga jeruk masih terbilang rendah. Saat ini harga jeruk di tingkat petani berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram.
Hal itu diungkapkan Wayan Armada, salah seoarang petani jeruk asal Desa Sukawana, Kamis (20/7/2023). Dengan harga serendah itu, diyakini petani jeruk bakal merugi. “Harga jeruk di bawah Rp 7.000, petani dipastikan merugi,” ucapnya. Dia berharap, harga jeruk bisa membaik menjelang Hari Galungan.
Dijelaskan Armada, biaya pemeliharaan jeruk dari sebelum berbunga hingga berbuah dan dipanen cukup besar. Yang paling menyedot biaya adalah perawatan jeruk agar tidak rontok. “Kalau tidak dilakukan pengobatan secara rutin maka buah jeruk akan rontok,” katanya.
Selain itu, pemupukan juga menelan biaya tinggi. Yang mana, agar jeruk bisa bertahan lama, maka perlu perawatan seperti pemupukan dan penyiangan. “Untuk pupuk kita lebih dominan menggunakan pupuk kandang,” jelasnya.
Salah seorang pengepul jeruk asal Desa Belancan, Kintamani, I Wayan Rata juga mengakui harga jeruk saat ini sangat murah. Dirinya yang menjual grosiran cuma bisa menjual jeruk dengan kisaran anggka Rp 7.000. “Kita hanya bisa menjual Rp 7.000 per kilo kepada lagganan,” bebernya. (128)