
Kuta, DenPost.id
Sebanyak 22 kali gempa susulan terjadi pada Senin (7/8/2023) hingga pukul 16.00 pascagempa berkekuatan M5.1 di Samudera Hindia selatan Jawa, pada dini hari sekitar pukul 03.40.
Dari ke-22 gempa susulan tersebut tercatat yang paling keras terjadi pukul 04.02 yakni M4.6. Sedangkan gempa susulan yang cukup keras berikutnya yakni M 4.0 terjadi sekitar pukul 04:40 dan M4.1 sekitar pukul 06:28.
Berdasarkan analisa BMKG, gempa pertama terjadi pukul 03.40 berlokasi di wilayah Samudera Hindia selatan Jawa, Banyuwangi, Jawa Timur. Gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,0, dan episenter pada koordinat 9,64° LS ; 114,08° BT, atau tepatnya di laut pada jarak 84 km arah Selatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Jatim, dengan kedalaman 40 km atau sekitar 170 km barat daya Kuta Selatan, Badung, dan 172 km barat daya Jembrana.
Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini merupakan jenis dangkal. Gempa ini diakibatkan aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menghujam ke lempeng Eurasia. “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” tegasnya.
Daryono menambahkan berdasarkan estimasi peta guncangan (shakemap), gempa ini menimbulkan guncangan di daerah Tegaldlimo dan Purwoharjo, Banyuwangi, dengan skala intensitas II – III MMI, dan daerah Tempurejo, Jember, dengan skala intensitas II MMI.
Hingga Senin sore belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan gempa tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu agar menghindar dari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. “Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, atau tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” tandas Daryono. (sug)