USADHA atau pengobatan ala Bali sejatinya sudah ada sejak lama di Pulau Dewata. Bahkan sampai sekarang pengobatan tradisional non-medis ini tetap berkembang di masyarakat. Salah satu penekun atau pelaku usadha Bali adalah I Gede Suardana. Dia bertugas di Bagian Poliklinik Kesehatan Tradisional Bali RSU Bali Mandara (RSBM), Sanur, Denpasar Selatan (Densel).
Saat ditemui di tempat kerjanya belum lama ini, Suardana mengungkapkan bahwa dia bertugas sebagai tenaga medis (nakes) apoteker yang selama 14 tahun menekuni sistem usadha Bali dengan referensi lontar Usadha dah Taru Pramana. Dia bertugas mulai 25 Maret 2022 hingga sekarang. Sebanyak 1.300 pasien telah dia tangani di Poliklinik Kesehatan Tradisonal Bali RSBM.
Suardana menambahkan usadha ini merupakan warisan turun-temurun dan dasar ilmu pengetahuan berbasis Lontar Kalimasadha-Kalimasidhi. Untuk di Bali, pada umumnya di setiap merajan atau pura, ada warisan lontar yang isinya mengenai pengobatan tradisional. Lontar-lontar usadha ini juga didukung lontar lain tentang herbal sesuai Lontar Taru Pramana yang ditulis Mpu Kuturan. Lontar ini menjelaskan bahan-bahan obat/herbal untuk berbagai penyakit. ‘’Ini warisan leluhur yang harus kita lestarikan. Warisan ini ada sebelum ada dokter atau sebelum ada ilmu pengetahuan modern. Nenek moyang kita menggunakan ilmu pengetahuan tradisional ini untuk merawat orang sakit,’’ tegas pria asal Kubutambahan, Buleleng ini.
Menurut dia, perkembangan ilmu modern juga banyak menyingkirkan ilmu tradisional di seluruh dunia. Bahkan mungkin hilang. Sedangkan di Bali, ilmu tersebut masih lestari dan bertahan, seperti halnya di India dan China. ‘’Kita bangga terhadap para leluhur yang melestarikan pengobatan tradisional Bali melalui lontar-lontar,’’ tambah pria yang juga dipanggil Puang Suardana ini.
Berangkat dari itu, dia sempat memberanikan untuk menghadap Gubernur Bali saat itu, Wayan Koster, mengenai usadha Bali. Selanjutnya Wayan Koster mengeluarkan kebijakan berupa Pergub Bali No.55 Tahun 2019 tentang layanan kesehatan tradisional Bali. Ini satu-satunya di Bali dan Indonesia, karena di tempat lain tak ada. Pergub ini menerjemahkan layanan kesehatan khusus menjadi aturan yang diakui pemerintah pusat.
Mengenai layanan kesehatan Poliklinik RSBM, Suardana menyebut telah terintergrasi antara dokter, apoketer pengobat tradisional Bali yang dibantu perawat holistik atau punya kemampuan keperawatan modern serta punya keahlian tradisional seperti akupuntur. Layanan terintegrasi tersebut diharap mampu membangkitkan semangat semeton Bali untuk belajar lebih mendalam mengenai usadha dengan sistem dan metode yang benar.
Lantaran belajar pengobatan tradisional selama 14 tahun, Suardana akhirnya memperoleh sistem dan metode yang benar, sehingga dia menjadi profesional. Lebih dari itu, pengobatan tradisional ini akhirnya mampu mendeteksi penyakit non-medis. Dengan sistem dan metode ini pula, ilmu diaplikasikan di RSBM dan dapat dibuktikannya, sehingga dia mampu bekerja di RS yang punya dokter modern. Dia mampu membedakan antara penyakit medis dan non-medis. Khusus untuk penyakit medis, kata dia, mesti harus ditangani dokter, karena menyangkut ilmu pengetahuan modern. Sedangkan pengusadha Bali bakal membantu dokter untuk menangani pasien yang bingung mencari pengobatan, baik di dalam maupun luar negeri. Selama itu pula penyakit yang diderita pasien tak dapat sembuh-sembuh, sehingga bisa ditangani dengan usadha Bali di RSBM. ‘’Makanya banyak pasien yang datang ke sini (RSBM) karena bingung mencari pengobatan medis maupun non-medis, baik di luar maupun dalam, namun tak sembuh juga,’’ tegas Suardana.
Dari ribuan pasien yang dideteksi di RSBM itu, menurut dia, sebagian besar non-medis. Untuk penyembuhan pasien, dia terjemahkan sesuai aksara ke dalam anatomi fisiologi tubuh manusia. Sumber ilmu pengetahun ini ada di berbagai aksara untuk menjelaskan non-medis menjadi medis. Ilmu itu mampu mendeteksi penyakit non-medis lewat metode yang jelas. Pasien ditangani lewat analisa: menanyai riwayat penyakitnya, riwayat mencari pengobatan, dan riwayat minum apa saja? Dari sanalah kemudian bisa dianalisa.
Setelah data-data dilengkapi, barulah dianalisa dengan kemampuan scanning. ‘’Seorang pengobat tradisional yang sudah mampu melatih dan menghidupkan aksara dalam darinya, otomatis inner power-nya akan bangkit dan energi positif dapat disalurkan lewat tangan. Ini bisa dijelaskan secara imiah,’’ tandasnya.
Mengenai pasien yang banyak ditangani di RSBM yang punya keluhan penyakit non-medis, menurut Suardana, di antaranya migran (sakit kepala) yang tak kunjung sembuh, sakit jantung, gejala kejiwaan bipolar, stres, bahkan ada pasien yang kecenderungan bunuh diri saja. (yad)