DIKAITKAN dengan zaman modern atau Kaliyuga, kehidupan manusia sekarang didominasi akan materialistis. Namun manusia materialistis itu biasa karena harus mengikuti perkembangan zaman. Jika kita tidak materialistis berarti kita tidak hidup di dunia ini. Hal itu diungkap pakar metafisika dan teohipnosis, membuat Dr.Ketut Gede Suatmayasa, S.H., M.ag, Cht, MNNLP, kepada DenPost di kediamannya.
Pria yang berjuluk Guru Mangku Hipno ini mengungkapkan melihat perkembangan kejiwaan masyarakat sekarang, sesuai hasil riset kesehatan dasar tahun 2017, Bali menduduki posisi empat di Indonesia, yang masyarakatnya mengalami depresi. Rinciannya: posisi pertama ditempati DIY sebesar 0,27 persen; disusul Aceh 0,27%; Sulsel sebesar 0,26% dan Bali 0,23%. ‘’Jika ini diterjemahkan secara statistik berarti dari jumlah penduduk Bali sekitar 4.050.032, maka sekitar 9.927.000 orang yang depresi. Bisa dibayangkan, Bali yang merupakan destinasi pariwisata, dimana penduduknya bergelimang dolar, faktanya depresi begitu parah,’’ tegas motivator spiritual ini.
Belum lagi dengan munculnya pandemi covid-19 dan persaingan yang ketat malah menimbulkan keguncangan bagi masyarakat. Secara teoritis, tambah Guru Hipno, ada empat penyebab guncangan mental manusia yakni: fisik yang tak mampu meningkatkan kualitas kesehatan akibat pikiran dan hati yang bermasalah, sehingga menimbulkan hal negatif. Kedua: secara biologis seperti banyak penyandang disabilitas yang tidak memperoleh penanganan secara semestinya. Ketiga: faktor sosial seperti seseorang yang tidak mampu mengikuti pergaulan di zaman modern. Keempat: secara psikis, banyak warga saat ini mendapat tekanan. Contohnya: pascapandemi, tercatat 5 sampai 10 orang berobat ke Guru Hipno setiap hari. Jika hal itu tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan gejolak. Dengan demikian, Bali akan mendapat vibrasi negatif, karena setiap orang bakal memberi kontribusi pada kesucian Bali. Jika demikian halnya, maka rentan terjadi gesekan-gesekan karena manusia gampang tersinggung. Akibat banyak mendapat tekanan, maka muncul emosional yang tinggi.
Lalu apa yang dimunculkan? Menurut Guru Hipno yakni ambisi yang tidak kesampaian, loba (tamak), nafsu berlebih namun tak pernah tercapai, serta emosi yang sangat labil. ‘’Jika semuanya tergabung jadi satu, maka orang Bali akan mengalami sensitivitas di luar normal. Sedikit saja ada masalah, langsung jadi besar. Banyak yang gampang tersinggung atau emosi,’’ ungkap penyandang gelar S3 Universitas Hindu Negeri di bidang ilmu metafisika dan teohipnosis tersebut.
Selain itu, banyak dijumpai krama yang putus asa sehingga mengambil jalan pintas. Hal itu akibat mereka tidak pernah mendapat penyelesaian masalah. Sesuai teori teoantropologi menyebut ketika manusia tidak mampu mendapat solusi atas suatu masalah, itu bukan berarti putus asa, namun masih ada jalan ke atas. Caranya: titipkan diri kepada Tuhan untuk memecahkan masalah. Setiap ketidak-mampuan manusia sesungguhnya akibat ketidak-mauannya mendekatkan diri kepada Tuhan. ‘’Sebesar apa pun masalah, Tuhan punya punya nilai lebih besar daripada masalah tersebut,’’ tegasnya.
Sedangkan orang yang dekat dengan Tuhan memiliki tiga karakter. Ketiganya yakni: Kerthasatyam yang berarti bahwa dia membenarkan langkah-langkahnya yang sempat salah. Kedua: Shiwam: dia membijaksanakan dirinya bahwa tak semua penderitaan berakhir dengan penderitaan. Kita tak boleh menyimpulkan hidup hanya saat ini, namun masih panjang. Kalau kita menderita bukan berarti sampai mati kita bakal menderita. Jika kita sekarang menderita, maka kita harus berusaha lebih kencang sehingga kita dapat berubah. Perubahan itu jangan diharap dari orang lain atau kondisi, namun berubah mulai dari diri kita sendiri. Ketiga: dalam kondisi apa pun, ciptakan diri kita menjadi indah, sehingga bakal memberi hiburan kepada semuanya. Hal itu karena begitu penampilan kita indah, maka menimbulkan energi positif. Orang yang melihat kita pun akan memancarkan energi positif bagi kita.
Mengenai upaya menghilangkan stres, Guru Mangku Hipno menyebut ada dua hal yakni: miliki kesadaran bahwa di setiap waktu dan ruang, ada orang beruntung maupun tak beruntung. Jika kita sadar bahwa hukum ruang dan waktu memang begitu, maka bakal muncul kesabaran. Dia akan berusaha terus dan berserah hasilnya kepada Tuhan. ‘’Tugasmu hanyalah bergerak dan berusaha yang terbaik. Biarkan Tuhan yang menentukan hasilnya,’’ ungkap pria yang juga peramal ini.
Ditanya tentang prediksi tahun 2024 secara umum, Guru Hipno menyebut manusia akan menemukan tingkat kebertahanan yang lebih baik, sebab merekaa telah berproses, sehingga lebih dewasa menghadapi masalah. 2024 tahun yang rentan terhadap guncangan, tapi semesta akan berbaik hati, sebab sehabis gelap pasti selalu akan ada terang. Pada Maret 2024 merupakan momen yang sangat baik untuk pembaharuan diri. Hal yang kita lakukan adalah memasang ‘’topeng’’ baru. Kalau saat pandemi covid-19 tahun 2019 kita memasang ‘’topeng’’ kesedihan (ketakutan dan kecemasan), maka awal tahun nanti kita membuka ‘’topeng’’ lalu disertai semangat tinggi. Ciri khas 2024, barang siapa yang punya inovasi dan selalu mencari hal-hal positif serta belajar pengetahuan tentang ketuhanan, maka dialah dipilih oleh alam semesta untuk memperoleh keberkahan. Apa keberkahan itu? Ada empat yakni: sehat, sukses, cinta-kasih sayang dan dijanjikan kebahagiaan. ‘’Ini berlaku untuk semua kehidupan,’’ tandasnya. (yad)— Untuk lengkapnya buka: https://youtu.be/JTuYCiivM08?feature=shared